Vera Brittain Berjuang Melalui Tulisan

Vera brittain

Vera Brittain Berjuang Melalui Tulisan - Sudah pernah menonton film Testament of Youth? Berkisah tentang seorang perempuan yang hidup dari keluarga menengah. Ketika perang dunia berkecamuk, Edward - saudaranya - hendak ikut serta menjadi bagian dari pemuda yang melindungi negara. Ayah mereka tidak mengizinkannya, tapi berkat Vera, Edward berhasil mendaftar untuk menjadi tentara yang maju ke medan perang.

Di sisi lain, Vera tengah menjalin romansa dengan seorang lelaki bernama Roland. Dimana dengan bersusah payah menetapkan hati dan berusaha untuk mendapat jawaban kepastian, akhirnya Roland bersedia untuk menikahinya. Hanya saja, hal tersebut baru akan terjadi setelah dia kembali lagi dari medan perang.

Vera bersekolah di tempat terbaik, Oxford. Di sana dia mempelajari banyak hal, hingga akhirnya ketika pertama kali dia melihat kegiatan sukarelawan untuk membantu korban perang. Dirinya akhirnya memutuskan untuk turut serta. Menjadi bagian para perawat yang harus tega melihat banyak tentara yang menjadi korban dalam perang dunia pertama.

Apa yang membuat film ini begitu tragis, selain melihat banyaknya korban tentara perang yang terluka, bahkan harus kehilangan kaki dan tangan mereka?

Diawali dari berita kematian Roland - tunangannya - yang telah ditunggu oleh Vera. Tepat di hari mereka akan bertemu, berita itu diterima, bahwa Roland telah meninggal. Dari hal tersebut, Vera berusaha menata hati terus-menerus. Hingga suatu ketika, salah satu sahabat dari tunangan dan saudaranya, Victor, yang kemudian dirawat lukanya oleh Vera, akhirnya meninggal dunia juga. Diputuskan oleh Vera, dia ingin menjadi perawat di garda terdepan tempat para tentara dirawat.

Akhirnya Vera berangkat ke Prancis, di sana dia membantu banyak sekali tentara Jerman yang terluka. Vera yang memang memiliki keahlian bahasa Jerman lebih baik daripada bahasa latin, menyaksikan banyak kematian, menunggu para tentara tersebut meregang nyawa di sisinya. Hingga akhirnya, yang saat itu tujuan Vera pergi ke Prancis untuk bisa menjaga Edward, akhirnya pupus sudah. Edward juga meninggalkannya. 

Ingin Menjadi Penulis

Keinginan Vera memang menjadi seorang novelis. Itulah sebabnya dia mempelajari sastra dan banyak hal. Dia juga senang sekali menulis surat dan bercerita, pada Edward saudaranya atau pada Roland. Vera menyukai menulis. Dan semenjak kepergian Edward serta banyaknya korban perang, menyulut semangat Vera untuk bisa bergerak.

Testament of Youth diterbitkan pertama kali pada tahun 1933, ketika usianya sudah mencapai 40 tahun. Dia mendatangi pemakaman khusus tentara Perang Duni Pertama, berdiri di antara 70ribu lebih orang-orang yang dimakamkan di sana. Bahkan ada yang belum ditemukan jasadnya, namun untuk penghargaan, nisan mereka tergeletak di antara para tentara lainnya. 

Vera tidak menyukai perang, dia menjadi seorang pembicara dalam berbagai kesempatan untuk menghentikan perang. Ada banyak orang yang ingin membalaskan dendam mereka pada Jerman. Ada juga yang tidak ingin membalas sama sekali. Vera mengatakan, bahwa dia menyaksikan para tentara Jerman yang meninggal, dia berada di sisi mereka dan menggenggam tangan mereka. Banyak dari mereka yang bahkan tak menggubrisnya, namun Vera tak tinggal diam, dia terus menyuarakan teriakan terdalamnya, rasa sakitnya. 

"I wish those people who write so glibly about this being a holy War, and the orators who talk so much about going on no matter how long the War lasts and what it may mean, could see a case--to say nothing of 10 cases--of mustard gas in its early stages--could see the poor things burnt and blistered all over with great mustard-coloured suppurating blisters, with blind eyes--sometimes temporally, sometimes permanently--all sticky and stuck together, and always fighting for breath, with voices a mere whisper, saying that their throats are closing and they know they will choke.”

Melalui sebuah buku yang ditulis olehnya, Vera menyuarakan tentang keprihatinannya terhadap perang. Sehingga buku ini menjadi salah satu buku terbaik yang menjadi memoar tentang perang yang banyak merenggut nyawa orang-orang yang mereka cintai. Memoar terbaik dari sebuah kehilangan juga dari sudut pandang seorang perawat yang menyaksikan sendiri bagaimana kesakitan dan perang membuat banyak orang kehilangan nyawa mereka.

Menulis Demi Menyuarakan Kata Hati

Setiap orang yang membaca karya Vera Brittain, pasti merasakan kesedihan yang mendalam. Perlu waktu bertahun-tahun bagi Vera untuk bangkit kembali, memaafkan diri sendiri yang masih merasa terpukul akibat tak dapat menyelamatkan Edward. Perlu waktu baginya untuk melanjutkan kehidupan, setelah dia berhari-hari mengurung dirinya karena merasa tak mampu untuk bertahan. Kesedihan itu juga terasa oleh kedua orangtuanya. Bagaimana pun, kehilangan salah satu anak di medan perang, bukan hal yang menyenangkan.

Seolah-olah mereka menyesal mengirimkan anak-anak mereka untuk berperang. Kewajiban mengikuti perang, pada masa itu, memang memiliki kesan istimewa. Banyak orang yang dijanjikan memiliki jabatan dan tempat khusus dan istimewa bagi negara mereka, jika mengikut perang, membela negara. Hal inilah yang menjadi keprihatinan Vera hingga akhirnya memutuskan untuk menuliskannya dalam sebuah buku.

Semua yang ditulis, merupakan kisah nyata dengan nama-nama dan kejadian yang nyata. Seperti membaca alur sejarah yang memang terjadi, seperti kita diajak untuk menoleh sebentar saja, melihat bagaimana perang banyak merenggut nyawa orang yang dikasihi dan dicintai. Betap perang hanya meninggalkan duka dan porak-poranda saja.

Kisah ini dituliskan dengan begitu detail, mewakili suara hati sosok Vera Brittain. Demi menyuarakan perdamaian untuk menjadikan dunia ini berhenti berperang. 

Kita mungkin tidak akan merasa terkejut dengan wanita-wanita yang menyuarakan suara mereka melalui sebuah memoar, sebut saja R.A Kartini, Anne Frank, Vera Brittain dan sederet nama lainnya yang banyak menoreh karya mereka demi kedamaian yang bisa dirasakan oleh siapa saja. 

Kedamaian adalah impian bagi setiap orang. Bangun dari tidur dengan pagi yang menyapa dengan damai, bukan suara rentetan bom atau senjata, bukan pula suara dari berita duka tentang hilangnya anggota keluarga mereka. Kedamaian yang dirajut ketika sore hari datang sebelum malam menjelang. Ketika mereka bisa menghabiskan waktu minum teh bersama keluarga atau menanti orang terkasih dari bepergian.

Menapaki Sejarah Melalui Sebuah Tulisan

Memasuki usia yang tak lagi muda, di usia sekitar 36-an, Vera memulai kehidupannya untuk bangkit lagi kemudian menyuarakan segala keresahannya melalui tulisan. Dari sudut pandang seorang yang menyaksikan bagaimana perang berkecamuk, meninggalkan rasa takut. Dari sudut pandang seorang yang kehilangan saudaranya yang sangat dia cintai. Kedekatan Vera dan Edward bagai sepasang anak kembar. Sehingga perpisahan tersebut membuatnya sangat terpuruk.

Namun, menulis justru membuat Vera Brittain semakin bersemangat. Untuk maju dan menjadi sosok perempuan yang 'memaksa' agar perang segera dihentikan. Melalui setiap organisasi yang menjadikannya sebagai pembicara. Melalui setiap aksi yang digelar olehnya, dengan satu tujuan, dia ingin perang segera berakhir. 

Vera semakin berusaha untuk menerima keadaan, kembali menjalani kehidupan serta menikah dengan George, seorang yang pada awalnya mengirimkan kabar dari Roland. Vera kembali menapaki masa depannya dengan melangkah, memahami bahwa Edward, Victor dan Roland ingin dia segera melupakan kebersamaan mereka, kemudian maju untuk terus menapaki kehidupan.

Tidak jera, bahkan Vera masih terus berusaha, hingga kehidupan dan kisahnya menjadi salah satu buku Memoar Terbaik yang menjadi sumbangsih sebagai pengingat, tentang perang yang demikian mencekam.

Jika Vera tak memaafkan dirinya sendiri, mungkin kisah Testament of Youth tidak akan pernah ada. 

Jika Vera memilih untuk tetap mengurung dirinya di sebuah kamar, mungkin tak akan ada kisah tentang Edward, Roland dan Victor yang bisa kita ketahui saat ini.

Jika Vera tidak melangkah maju, mungkin dia akan meninggal dengan sia-sia di sisa hidupnya. 

Penutup

Vera membuktikan bahwa perempuan bisa menyuarakan apa yang berteriak dalam diri mereka, melalui cara yang mudah. Vera membuktikan bahwa perempuan itu memiliki kekuatan yang tak dapat diketahui oleh banyak orang. Tentang keteguhan kala badai menerpa, tentang keberanian dalam menghadapi hal yang membuat mereka ketakutan juga tentang jiwa yang kuat yang membuat mereka tetap berdiri dengan kaki mereka.

Setiap perempuan istimewa, karena kita dianugerahi sebuah kekuatan yang terkadang tidak kita sadari.

Menulislah wahai kaum perempuan, 
utarakan suara hatimu..
Biarkan dunia tahu apa keresahanmu
Menulislah...
Agar dunia bisa mencapai satu kata
damai...


Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *