Benyamin Sueb Dan Warisan Pusaka Untuk Betawi

Benyamin sueb

Benyamin Sueb. Mengenal sosoknya melalui sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Maklum, tayangan ini yang menemani saya semasa kecil. Pada waktu itu, saya sempat bertanya-tanya, kenapa pada lagu pembukanya dikatakan “Anak Betawi Gak Berbudaye”. Pertanyaan itu selalu melintas. Jawabannya baru saya temukan ketika usia saya sudah dewasa. Sementara Bang Ben, demikian beliau akrab dipanggil. Sudah kembali kepada Nya.

Sosoknya yang cukup banyak dikenal melalui karya yang berlimpah. Membuat saya terheran-heran. Kreativitas beliau yang cukup banyak hasilnya. Dari mana ia mendapatkannya? Mengapa karya-karyanya selalu fenomenal dan melegenda? Mengapa kehidupannya bahkan jauh dari kata “bergelimangan harta”?

Sosok Sederhana

Saat berita kepergiannya tersiar di seluruh saluran televisi. Air mata saya ikut menetes. Dalam dada saya, muncul rasa nyeri yang menyesakkan. Berkali-kali tayangannya sebagai Babeh Sabeni muncul. Saat beliau tertawa, saat beliau senang hingga terakhir ketika beliau mengatakan salam perpisahan. Ah, betapapun hidup ini tidak bisa diketahui kapan akan berakhir. 

Bens Leo yang saya kenal pernah mengisi acara di saluran radio Bens Radio. Membuat saya mengenal sedikit mengenai sosok Benyamin Sueb. Ternyata, pengetahuan Bens mengenai kehidupan Bang Ben, tak hanya sekadar memiliki nama yang sama. Tapi, beliau bahkan tahu seperti apa sosok beliau. 

Kehidupannya yang jauh dari kata foya-foya. Karena, setiap keuntungan yang didapat selalu ia gunakan untuk menjaga budaya betawi. Ia selalu aktif mengajak masyarakat di sekitar tempat tinggalnya untuk turut mewarisi kebudayaan. Anak-anak dan remaja diajak berkumpul sambil diajari ragam kesenian khas betawi. Seperti mengenal dan berlatih tarian khas Jakarta. Hingga mengenalkan filosofi budaya dalam obrolan ringan selepas bekerja.

Kepeduliannya terhadap dunia seni. Tak dapat dianggap enteng. Ketika Bung Karno melarang musik barat diperdengarkan dalam setiap panggung. Membuat Bang Ben tak kehabisan akal. Awalnya, ia adalah pemuda yang gemar membawakan lagu-lagu barat. Lalu banting setir demi tetap berkarya dengan menyanyikan lagu betawi yang diiringi alunan gambang kromong.

Dari sosok Bang Ben inilah, ditampakkan bahwa seni tak harus melawan. Tapi, seni mampu menerobos keterbatasan melalui jalan panjang yang berawal dari sebuah kreativitas.


Seniman Yang Jenius

Dikatakan demikian karena semangatnya dalam berkarya. Ide-ide yang didapat oleh Bang Ben berasal dari kehidupan di sekitarnya. Bayangkan saja, beliau mampu mengemas musik dan lirik khas Betawi. Sehingga bisa didengarkan dari semua kalangan. Bayangkan saja, meski ada yang mengatakan lagu bang Ben seperti suara orang yang sedang marah. Namun, pengakuan demi pengakuan bergulir bahwa nada seperti ‘orang marah’ ini pun masih enak didengar.

Salah satu lagu yang diangkat dari kehidupan yang sangat dekat dengannya. Yaitu lirik lagu Tukang Kredit. Mengisahkan tentang orang yang susah sekali ditagih untuk bayar cicilan kredit. Bahkan, untuk melunasinya pun mereka susah. Nah, permasalahan dalam kehidupan seperti inilah yang membuat lagu-lagunya masih enak dinikmati hingga saat ini. Karena tentunya masalah susah menagih hutang bukan masalah zaman dahulu saja. Bahkan, hingga masa modern seperti saat ini.

Bisa dibilang, kehidupan yang sulit bahkan mampu membuat seseorang menjadi teramat kreatif. Asalkan usaha yang dikerahkan lebih maksimal. Seperti Orkes Kaleng yang dibentuk saat dirinya masih berusia 6 tahun. Berbekal barang-barang bekas yang kemudian dimodifikasi menjadi alat musik. Bang Ben dan tujuh kakaknya menggunakan barang bekas dari kaleng tersebut untuk mengamen. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu Belanda.


Meraih Ketenaran Dengan Susah Payah

Dalam darahnya sudah mengalir jiwa seni yang berasal dari kakeknya. Tak heran jika Bang Ben semasa kecilnya sudah mampu menggelitik banyak orang dengan kelakarnya. Saat kecil, ia sering dijanjikan untuk diberikan sepotong kue yang ditukar dengan satu lagu oleh tetangganya. Sambil menggerakkan badannya yang luwes. Membuat banyak orang suka dengan pertunjukan bang Ben kecil. 

Kehidupannya juga tidak mudah. Ia pernah menjalani dua pekerjaan. Pagi sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Malam harinya, ia menjadi penyanyi kafe. Tapi, jangan salah, bahkan beliau pernah menjadi kondektur. Yang kemudian membuatnya hengkang akibat salah satu kawannya melakukan tindak korupsi. Bang Ben pun pernah menjajal profesi sebagai pedagang roti. Hingga akhirnya, ia melihat celah kecil yang membawanya pada jalan panjang dunia seni.

Berawal dari perkenalannya dengan Bing Slamet. Yang membuat Bang Ben memberanikan diri menawarkan lagu berjudul Nonton Bioskop. Setelah penawaran itu, Bing Slamet rupanya menyukainya. Respon yang diterimanya pun cukup bagus. Hingga kemudian, terbukalah jalan menuju babak baru dalam kehidupannya. Tak heran jika Bang Benyamin Sueb sering mengatakan bahwa peran Bing Slamet terhadap karirnya sangatlah besar.


Bang Ben Dan Dunia Film

Saya masih bisa mengingat potongan adegan dari film yang dibintangi oleh beliau. Adegan yang sampai ketika saya menulis ini masih membuat saya tertawa. Sambil menggelengkan kepala karena tidak habis pikir. Bagaimana bisa seorang Bang Ben membuat saya selalu mengingat adegan tersebut?

Di film Tukang Ngibul, bang Ben berperan sebagai Tukang Obat gadungan. Yang menjajakan obatnya di pasar. Seorang perempuan berminat dengan obat tersebut. Demi kesembuhan penyakit sang suami. Tapi, siapa sangka kalau obat tersebut justru membuat lukanya menjadi borok yang semakin parah. Sungguh, ini adegan yang selalu saya ingat.

Ada lagi momen ketika bang Ben menjadi sosok Samson dari Betawi. Yang kekuatannya sudah tampak sejak ia masih kecil. Bahkan, porsi makannya bisa sampai menghabiskan jatah nasi sekeluarga. Namun, kelemahannya terletak pada bulu ketiaknya. Ini sungguh sedikit tidak masuk akal. Tapi, tetap tidak bisa ditolak juga. Ketika momen Samson kehilangan kekuatan gara-gara bulu ketiaknya dicabut.

Film Musuh Bebuyutan juga tak kalah asik. Meski cukup kepayahan saya mencari judul film ini. Yang saya ingat adalah dua keluarga, suami dan istri. Yang tinggal berdekatan tapi sering bertengkar. Terkadang suami-suaminya yang berantem. Juga tak jarang istri mereka pun ikut ribut. Sama seperti judulnya, keduanya adalah musuh bebuyutan. Ingatan saya masih terpatri pada adegan ketika istri mereka saling jambak-jambakan di depan rumah.

Adegan terakhir yang saya ingat adalah ketika sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Akhirnya harus mengemas jalan cerita sehingga bisa menyampaikan berita duka mengenai Babeh Sabeni. Beliau meninggal saat bermain bola. Akibat serangan jantung yang tiba-tiba. Pada akhirnya, momen di sinetron saat tim dokter mengabarkan kepergian Babeh Sabeni. Membuat saya sebagai penonton yang masih remaja, ikut merasakan kesedihan.

Kehilangan sosok Babeh Sabeni, ternyata mampu membuat sinetron Si Doel terasa janggal. Ada sesuatu yang aneh hingga terasa seperti kehilangan jiwanya. Apalagi sosok Babeh Sabeni dan Bang Mandra yang kerap adu mulut. Kenangan seperti itu tak mampu diganti dengan hal lain meski semua pemain sudah maksimal dalam berperan. 

Benar saja. Tak lama setelah itu. Sinetron Si Doel pun berakhir. Kisah Doel yang selalu dihadapi kegalauan antara cinta Sarah atau Zaenab pun usai. Meski beberapa waktu lalu, kisah Doel kembali diangkat ke layar lebar. Sebagai hiburan untuk fans Doel. Tetap saja, ada kenangan yang tak bisa tergantikan pada sosok Babeh Sabeni. 

Namun, kalau film tersebut tak ada. Sepertinya saya tidak akan pernah tahu kondisi Mak Nyak terkini. Usia tua dan penyakit yang menderanya, membuat beliau tak mampu bepergian jauh. Bahkan pengambilan gambar untuk film pun dilakukan di rumahnya.


Penutup

Masih ada banyak sekali film karya Bang Benyamin Sueb yang belum saya tonton. Terkendala sumber penyedia film. Saya jarang sekali bisa menikmati film Bang Ben jika sudah diputar di televisi. Tak tahan rasanya jika harus menunggu jeda iklan selesai. Karena itu, ketika saya harus mencari tahu judul dari potongan adegan yang saya ingat. Cukup sulit ternyata karena tidak banyak yang mengunggah potongan adegan tersebut.

Menyambangi potongan adegan dari beberapa film yang tersohor karya Bang Ben. Membuat saya seperti flashback. Film sama halnya dengan karya sastra tulis seperti novel. Juga kerap merekam kondisi sosial, politik dan budaya pada masa itu. Seperti dalam film-film bang Ben. Ditampilkan pemeran wanita yang kerap mengenakan kebaya. Memasang sanggul di rambut mereka. Sampai kondisi sosial seperti momen ketika tukang kredit panci masih menawarkan jualannya dari rumah ke rumah.

Kalau sekarang, barang apa saja bisa dibeli secara kredit. Bahkan tidak lagi menyambangi rumah ke rumah. Tapi, langsung secara pribadi melalui gawai pintar. 

Saya menuliskan artikel tentang Bang Ben ini, karena bertepatan dengan hari beliau pergi. Momen dimana berita itu lewat di saluran televisi. Berita duka yang bahkan bertahan hingga beberapa hari kemudian. Pada waktu itu, saya masih remaja bau kencur yang tengah mencari jati diri. 

Terima kasih kuucapkan untuk mendiang Bang Benyamin Sueb. Yang telah menorehkan sejarah pada dunia seni. Dengan peninggalan yang demikian banyaknya. Tak hanya banyak jumlahnya tapi juga memiliki makna yang dalam. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu. Aamiin.

Pembaca ada kenangan khusus dengan sosok Bang Ben? Entah itu kenangan dari lagu-lagunya, karyanya seperti film. Atau pernah bersua dan duduk berbincang bersama beliau? Silakan berbagi di kolom komentar.


Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *