IT Movie : Mereka Yang Berusaha Mengalahkan Rasa Takut

It movie

IT Movie - Saya belum memutuskan untuk membaca novel IT karya Stephen King dalam waktu dekat. Mungkin beberapa waktu ke depan, agak lama sepertinya, saya akan membacanya. Demi mendapatkan cerita orisinilnya. Sementara ini, cukup menonton IT Movie yang beberapa waktu lalu sempat hyped di kanal sosial saya. Konon, film ini dibagi menjadi dua bagian, dan film yang sudah tayang masih menjadi bagian pertama, ditunggu saja bagaimana kelanjutannya.

Ditayangkan tahun 2017, film yang disutradarai oleh Andy Muschietti ini memang diadaptasi dari novel karya Stephen King yang berjudul sama. Namun, dari beberapa pembaca dan penonton IT Movie ini, mengaku ada banyak sekali perbedaan antara novel dan film. Sounds familiar, hah? Iya, itulah kenapa saya sudah memasukkan novel ini sebagai novel yang ingin saya baca. IT Movie berdurasi 2 jam lebih ini, pernah muncul di layar kaca sebagai tayangan serial sekitar tahun 1990.

Tentang Orang-orang Yang Hilang Tak Berjejak

Tahun 1988, seorang anak bernama Georgie menghilang saat bermain dengan perahu yang dibuat oleh kakaknya - Bill - saat hujan deras. Seorang Nenek yang sempat melihat sosok Georgie, dengan jas hujan kuningnya, tengah berada dekat lubang selokan. Karena hujan yang teramat deras disertai angin kencang, sang Nenek yang mengalihkan pandangan itu akhirnya menyadari kalau sosok Georgie menghilang dan hanya berjejak genangan air disertai darah.

Kehilangan Georgie menjadi mimpi buruk bagi Bill, kakaknya, dan kedua orangtuanya. Namun, di tahun 1989, sudah beberapa anak yang ikut menghilang tanpa diketahui jejaknya. Seperti Bety hingga kemudian Patrick. Kehilangan ini membuat petugas kepolisian Kota Dery menerapkan jam malam untuk mencegah bertambahnya jumlah anak atau orang yang hilang.

Setelah berita kehilangan orang-orang yang ada di sekitar mereka, masyarakat di Kota Dery seolah mampu melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa dan sudah sepatutnya dilewatkan begitu saja. Ibaratnya, mereka harus rela menerima apa yang sudah terjadi, karena tak mampu lagi berbuat apa-apa.

Hal ini juga dilakukan oleh Ayahnya Bill dan Georgie, yang menekankan pada Bill bahwa Georgie sudah meninggal dan tidak perlu diurus lagi penyebabnya. Bahkan tidak perlu dicari kembali kemana jasadnya. Hal ini mengingatkan saya pada film Changeling yang pernah saya tulis. Tentang seorang Ibu yang tanpa menyerah mencari tahu jejak anaknya yang menghilang bersama banyak anak lainnya secara misterius. 

Atau film Lion yang juga pernah saya ulas, berkenaan tentang seorang anak yang akhirnya menghilang dan berada jauh dari rumahnya. Lion berkisah dari sudut pandang seorang anak yang hilang. Sementara Changeling, berkisah perjuangan seorang Ibu yang ingin mengetahui keberadaan anaknya. Sementara IT Movie berkisah tentang mimpi buruk yang menghampiri sekumpulan anak akibat berita banyaknya orang yang menghilang.

Dari ketiga film yang bertema sama ini, saya melihat kalau IT movie ini justru yang memiliki penggambaran paling aneh terkait nasib orang-orang yang hilang. Anda harus menontonnya sendiri jika belum sempat menontonnya. Bagian horor dan menakutkan dalam film ini hanya terletak pada soundtrack, kehadiran mendadak si badut hingga lamanya pencarian yang dilakukan oleh kelompok anak tersebut.

Klub Pecundang Berisi Anak-anak Yang Memiliki Ketakutan Yang Sama

Ketujuh anak yang berusaha mencari tahu tentang keberadaan orang-orang yang hilang diketuai oleh Bill sebagai pencetus ide-ide dan Ben sebagai sumber informasi. Sebagai seorang anak yang tak memiliki teman, Ben cukup beruntung karena menyukai perpustakaan sebagai tempatnya menghabiskan waktu. Dengan begitu, dia bisa mengenal banyak hal tentang kota Derry dan alasan mengapa kota tersebut dikutuk.

Berdasarkan analisa Bill, terkait kemungkinan-kemungkinan jasad Georgie bisa ditemukan sampai penelitiannya terhadap saluran air di kota tersebut. Keingin-tahuannya ini karena luka yang muncul serta rasa bersalah akan kehilangan adik kesayangannya : Georgie. Siapa yang tidak bersedih akan kehilangan anggota keluarga yang kita sayangi?

Analisa Bill inilah yang membawa anak-anak Klub Pecundang mengunjungi tempat akhir saluran air. Hingga kemudian mereka mendapati informasi terkait lubang sumur misterius yang konon merupakan sumber kutukan di kota Derry. Informasi ini didapat dari Ben yang dengan detilnya hingga mengumpulkan selebaran tentang orang hilang di kamarnya. Saya jadi berpikir kalau Ben ini terobsesi dengan banyak hal mengenai kutukan. 

Suatu ketika, mereka semua menyeritakan kejadian yang dialami. Dimulai dari Beverly yang menyeritakan tentang luapan darah yang muncul secara tiba-tiba di wastafel kamar mandinya. Klub Pecundang melihat dengan mata kepala mereka sendiri, namun Ayahnya Bev bahkan sama sekali tidak melihatnya. Beliau hanya mengatakan bahwa dia khawatir dengan kondisi Bev.

Setelah itu barulah Eddie juga menyeritakan kalau dia bertemu penampakan manusia yang menyandang penyakit lepra di dekat rumah paling menyeramkan di tempat itu. Kemudian kisah Bill yang melihat Georgie pulang ke rumah dan melihat sosok si badut, hingga Stanley yang mengaku melihat lukisan wanita di kantor Ayahnya muncul dan mendekatinya. Semua yang berada di Klub Pecundang mengakui kegelisahan-kegelisahan mereka. Dari sini, Bill mendorong teman-temannya untuk ikut bersamanya demi menemukan lokasi sosok menyeramkan tersebut demi melawannya agar tidak terus menghantui mereka.

Penampakan Badut Dan Siaran Televisi Yang Sama

Saya juga sebenarnya sempat menanyakan kenapa ya, sosoknya harus Badut? Padahal sosok Badut sudah menjadi momok menyeramkan bagi banyak anak kecil. Kemudian, saya menyadari, kalau Badut memang cocok untuk menjadi perumpamaan terhadap rasa takut, sama seperti para makhluk di Gotham City mati-matian melawan Joker yang wajahnya bagi saya mirip dengan badut juga.

Sosok si badut ini, akan terus menghantui dalam beragam situasi. Menjadi bagian dari rasa takut tersebut, membuat bocah-bocah Klub Pecundang mengalami kehidupan yang mencekam. Selain itu, setiap mereka hendak mencari tahu keberadaan si Badut yang disebut sebagai IT ini, siaran di televisi tempat anak-anak ini berada, menayangkan siaran yang sama. 

Tentang seorang pembawa acara bersama anak-anak yang membahas tentang saluran air, kemudian menyebutkan kata Melayang dan suara tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan sekaligus menyeramkan bagi yang mengetahui bahwa itu seperti sebuah pertanda. Jadi teringat dengan kutipan lagu The Carpenters “We’re only just began” yang menjadi pertanda kondisi mencekam dalam film 1408 yang juga diadaptasi dari karya Stephen King. Membuat lagu yang menyenangkan tiba-tiba menjadi menyeramkan dalam waktu bersamaan *sigh*.

It movie

Latar Tempat

Kota Derry yang merupakan bagian dari Maine, merupakan fictional city aka tempat imajinasi yang muncul pertama kali sekitar tahun 1981 dalam tulisan pendek karya Stephen King. Bagi Anda yang sudah beberapa kali membaca buku Stepheng King atau menonton film yang diadaptasi dari novelnya. Mungkin bisa melihat ada banyak kesamaan tempat dari karya-karyanya. Maine juga pernah muncul dalam film horor berjudul Pet Sematary yang pernah saya ulas juga.

Ini yang membuat saya kagum pada sosok King yang menurut saya sangat mampu bereksplorasi dengan satu tempat tapi menghasilkan banyak karya sebagai eksplorasi tempat tersebut. Seperti juga dalam novel Lise’s Story yang bertempat di Maine juga. Ah, betapa banyak karya-karyanya yang berlokasi di Maine. Terakhir saya membaca novel Revival yang juga berlokasi di Maine. Tapi, Maine City sendiri bukan tempat fiksi, kota ini ada dan berada di U.S.

Penutup

Berbeda dengan kisah Lion dimana anak yang hilang tersebut mampu menemukan keluarganya. Juga berbeda dari nasib film Changeling yang juga diangkat dari kisah nyata, dimana sang anak tidak diketahui jejaknya namun pengalaman banyak anak hilang dieksplorasi dengan baik. Pun demikian dari IT movie ini, sebuah kasus orang hilang yang tak terselesaikan menjadi issue yang membalut cerita horor ini menjadi tanda tanya besar terkait nasib dari mereka yang menghilang.

Namun, kemudian perhatian penonton akan dijawab melalui penyesalan yang membuat saya sedikti mengernyitkan dahi karena tidak begitu logis, tentunya membuat saya berpikir, “kok gini doang?”. Iya, ini akibat dari berekspektasi terlalu tinggi, terlebih ketika saya membandingkannya dengan film horor yang diadaptasi dari karya Stephen King lainnya.

Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, film ini memang bergenre horor, misteri dan sedikit thriller. Namun, jika Anda ingin menontonnya, saya hanya bisa mengatakan kalau horor di sini adalah saat si badut muncul. Namun, kalau sering menonton film alien yang memakan manusia atau alien yang membunuh manusia, saya justru melihatnya demikian.

Keberadaan Klub Pecundang menjadikan imajinasi saya membayangkan cerita mereka seperti cerita Lima Sekawan karya Enid Blyton yang bertemu dengan alien yang memakan banyak orang. Hanya seperti itu, karena itulah, saya mengatakan kalau film ini kadar horornya masih bisa ditangani dan endingnya tak sesuai dengan logika saya :D.

Yasudah, meski saya mengatakan bagaimana endingnya, tapi bukan berarti tidak ada lagi yang menarik dari film ini. Saya sampai mencari tahu sedikit tentang novel ini dari http://www.bookrags.com/studyguide-it-stephen-king demi mendapatkan sedikit pencerahan. Jadi, bagi yang masih ingin menonton, tonton saja, toh film ini layak ditonton karena akting pemainnya sampai keadaan mencekam dan emosi setiap scene-nya sangat bagus. Jadi, tidak akan menyesal. [Ipeh Alena]


Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *