Review Film Avatar : The Way of Water

Nonton Avatar : The Way of Water semalam menyisakan semangat untuk menulis review film. Padahal di Avatar pertama, saya tidak menuliskannya sama sekali. Hanya menikmati saja. Namun, di Avatar kedua ini, rasanya sayang kalau tidak ditulis ulasan filmnya.

Di Avatar pertama, porsi percintaan cukup banyak mengambil alih cerita. Cinta Jake Sully pada Neytiri. Sementara di Avatar 2 ini, porsi percintaannya ada tapi lebih meluas. Dan ini yang saya suka, yaitu cinta pada keluarga. Cinta persahatanan. Dan cinta pada lingkungan tempat tinggal.

Dikisahkan pada awal pembuka, Jake Sully dan Neytiri akhirnya membangun rumah tangga. Mereka memiliki empat orang anak, Neteyam, Lo'ak, Kiri dan Tuk. Kiri, adalah anak angkat mereka. Ia lahir dari rahim Doctor Grace yang saat itu sudah berubah jadi Avatar dan mengandung. Namun, tidak diketahui hamil oleh siapa. 

Kondisi Avatar Doctor Grace ada di dalam tabung dan selama kehamilannya, ia disokong oleh banyak nutrisi agar Kiri lahir dengan selamat. Setelah Kiri lahir, Jake dan Neytiri menjadikannya anak angkat. 

Mereka hidup bahagia, Jake sangat menyayangi keluarganya. Ia menjalankan peran sebagai sosok ayah yang menjadikan anaknya bisa melakukan apa saja yang bangsa Na'vi lakukan. Namun, suatu malam ia melihat ada bintang yang bersinar sangat terang. Dan ternyata itu adalah cahaya yang berasal dari pesawat Bangsa Langit alias manusia. Setelah itu kekacauan memorakporandakan hutan bangsa Na'vi.


Film Avatar
Sumber : 20th production


Review Film Avatar : The Way of Water

Ada hal menarik lainnya dalam sisi cinta, yaitu cinta lingkungan. Dimana di sini diangkat juga issue lingkungan yang bagiku menjadi pemeran utamanya.

Tema Issue Lingkungan

Manusia, makhluk yang sering merusak lingkungan sekitar dan mengganggu makhluk lain dengan alasan agar mereka bertahan hidup. Saat ini, bukan lagi antara manusia dengan hewan dan tumbuhan. Tapi, juga manusia dengan manusia masyarakat adat.

Tidak sedikit berita mengenai percekcokan antara masyarakat urban dengan masyarakat adat. Karena, eksplorasi alam dan lingkungan yang berlebihan. Hingga penyempitan lahan tempat masyarakat adat hidup. Kehidupan masyarakat adat ini jangan disamakan dengan kehidupan masyarakat urban, ya.

Lahan masyarakat adat lebih sering dijadikan tempat yang sama seperti sedia kala. Semisalnya, lahan tersebut adalah gambut, maka akan tetap dibiarkan seperti itu. Kalau lahan tersebut adalah hutan, maka akan tetap menjadi hutan dan dilindungi masyarakat adat sekitar. Intinya, lahan tersebut adalah lahan yang mereka jaga eksistensinya. 


1.  Perusakan Alam Besar-besaran

Bukan lahan seperti dalam kamus masyarakat urban. Yaitu pemusnahan lahan sebelumnya, demi membangun gedung dengan sebutan tempat tinggal. Kantor. Tempat usaha. Dan hal lain yang akhirnya merusak lingkungan.

Pada film Avatar 2 ini, manusia datang dengan misi mencari tempat untuk rumah selanjutnya bagi mereka. Karena, bumi sudah tidak layak lagi ditempati. Misi ini justru merusak alam dan hutan Bangsa Na'vi. Alih-alih hidup berdampingan, justru manusia ini banyak merusak dengan pembangunan kereta, penebangan hutan demi membangun rumah. Hingga teknologi yang membuat habitat di sekitarnya rusak.


2 . Pemburuan Ikan Ilegal

Tak hanya itu, di sini, sangat relate dengan kondisi saat ini. Yaitu pemburuan liar ikan bernama Tulkun. Yang hanya akan diambil cairan dalam tubuhnya. Konon cairan tersebut bisa membuat tubuh awet muda.


Ulasan film
Sumber : 20th production


Di sini, pemburuan Tulkun merupakan demo dari James Cameron. Menampakkan pemburuan Hiu yang hanya diambil siripnya demi hidangan yang juga konon dapat membuat kulit halus dan mengembalikan elastisitasnya kembali.

Baik Tulkun maupun Hiu sama-sama memiliki tingkat protein yang tinggi. Penonton tak perlu repot menerjemahkan pesan yang disampaikan James dalam film ini. Sebab, kondisi Tulkun dan Hiu ini sama. Usai diambil proteinnya, mereka akan dibiarkan begitu saja di dalam air. Beberapa Hiu yang sudah diambil siripnya, hidup tanpa bisa melakukan apa-apa di dasar laut hingga mereka mati.


3. Pengusiran Masyarakat Adat

Kehadiran bangsa manusia membuat masyarakat Na'vi akhirnya pergi dari lokasi hutan mereka yang banyak dirusak. Mereka mulai mencari tempat untuk berlindung dan tinggal yang lebih aman. 

Seperti Jake Sully yang merasa keluarganya terancam. Ia pergi jauh dari hutan dan berusaha mendapat perlindungan dari bangsa Air yaitu suku Metkayina. Pengusiran ini bukan secara verbal tapi secara langsung melalui penggusuran tempat tinggal mereka.

Fakta ini sudah terjadi di Indonesia. Masyarakat adat di Papua, sudah lama mengalami penggusuran lahan akibat penambangan besar-besaran. Memang, penambangan tersebut legal. Tapi, faktanya justru membuat masyarakat adat di sana tergusur.

Demikian terjadi di beberapa tempat, penambangan ilegal yang juga merusak lahan milik masyarakat adat. 

Lahan milik masyarakat adat memang berbeda, selain dari fungsinya. Lahan mereka tidak bersertifikat. Lahan mereka tidak diniatkan untuk dijual. Melainkan tetap dijaga keberlangsungannya hingga anak-cucu mereka kelak. Karena itu, saat berhadapan dengan pihak yang ingin mengeksplorasi tempat tersebut, masyarakat adat kalah. Baik kalah secara hukum maupun finansial.

Di film Avatar The Way of Water pun demikian terjadi. Bahkan, rumah penduduk desa banyak dibakar. Membuat mereka kehilangan tempat tinggal.


Suku Metkayina Yang Tinggal di Pesisir Pantai

Beberapa sumber mengatakan, James Cameron terinspirasi masyarakat dari suku Bajo. Mereka hidup nomaden dan banyak ditemukan di Sulawesi tenggara, Kalimantan selatan dan Kalimantan Timur.

Mereka hidup di pesisir pantai dan jago menangkap ikan dengan cara tradisional. Sama seperti suku Metkayina yang digambarkan bukan saja jago menangkap ikan tapi, juga menyerupai ikan dengan tangan seperti selaput. Mungkin bisa digambarkan kayak Deni Manusia Ikan.

Selain itu ada juga satu hal yang membuat saya teringat dengan suku Dayak. Yaitu gambar tato di tubuh suku Metkayina dan gambar yang ada di Tulkun. Sebab, bentuknya seperti Tato khusus suku Dayak. Gara-gara ini saya jadi melihat banyak sekali sisi keindahan alam yang sama dengan Indonesia.

Review film
Sumber : 20th Production

Faktanya, memang James Cameron sangat menyukai pantai dan laut. Dia menampilkan keindahan dunia laut dengan harapan penonton akan ikut serta menjaganya agar tidak semakin punah

Kemudian, tempat tinggal suku Metkayina yang didirikan dengan model terhubung satu sama lain. Menggunakan bahan kayu. Beberapa sumber mengatakan mirip rumah adat suku bajo. Yang dibangun di atas pinggir pantai, dengan penyangga kayu berada di atas air.


Informasi Film Avatar : The Way of Water

Rilis : 14 Desember 2022

Sutradara : James Cameron

Editor : James Cameron, Stephen E. Rivkin, John Refoua, David Brenner

Didistribusikan oleh : 20th Century Studios

Sinematografi : Russell Carpenter

Pemain : Sam Worthington (Jake Sully), Zoe Saldana (Neytiri), Sigourney Weaver (Kiri & Doctor Grace), Kate Winslet (ronal), Stephen Lang (Kolonel), Jamie Flatters (Neteyam), Britain Dalton (Lo'ak), Trinity Jo-Li Bliss (Tuk), Jack Champion (Spider), Cliff Curtis (Tonowari)


Avatar : The Way of Water, Film Budget Besar Yang Patut Diapresiasi

Konflik yang meruncing dalam film ini, bukan saja tentang Jake Sully yang berusaha mencegah pembangunan liar di hutan bangsa Na'vi. Tapi, juga pembalasan dendam seorang kolonel pada Jake. Pemburuan ini membuat Jake dan keluarganya harus melarikan diri ke tempat yang jauh.

Dalam pelarian mereka, anak-anak Jake dan Neytiri merasakan rindu pada kampung halaman. Siapapun pasti sedih harus pergi dari tanah kelahiran. Namun, anak-anak Jake cepat sekali beradaptasi. Mereka bisa berbaur dengan masyarakat sekitar. Sambil menikmati pemandangan laut.

Ada juga sosok anak manusia yang masih murni. Ikut dalam kehidupan suku Na'vi dan sering menghabiskan waktu dengan anak-anak Jake. Namanya, Spider, ia merupakan anak manusia termuda yang tidak bisa dikirim ke bumi. Jadi, dia menghabiskan banyak waktu sebagai suku Na'vi. Meskipun dia berbeda, ia tetap berusaha melindungi keluarga Jake.

Fakta menarik lainnya yaitu para aktor dan aktris yang bermain dalam film ini. Mereka benar-benar melakukan syuting di dalam kolam yang dalam. Harus menahan napas demi mengambil beberapa adegan. Dan rekor terbaik didapat oleh Kate Winslet yang berakting di dalam air selama 7 menit.

Konon, dalam pembuatan film ini budget yang dihabiskan mencapai 2 Milyar. Masih belum diketahui apakah budgetnya sudah balik modal atau belum. Sebab, memang totalitas sekali penggarapannya. Mulai dari world building dunia Pandora. Karakter makhluk yang ada di sana. Semuanya benar-benar sempurna.

Tak hanya itu, sama seperti film Wall-E dan Tomorrowland. Film ini juga menggaungkan issue kerusakan bumi akibat perbuatan manusia. Perubahan iklim yang buruk hingga bumi tidak layak dihuni merupakan topik utama yang diangkat dalam upaya menggerakkan hati penonton agar ikut serta dalam menjaga bumi dan keseimbangan alam.

Ada satu hal yang membuat saya penasaran. Siapa bapaknya Kiri? Ih, da saya mah keponya kayak emak-emak komplek ya. Padahal, keahlian Kiri ini kalau dilihat ke film Avatar pertama. Kan Doctor Grace pas tekoneksi dengan Eyhwa ada tersirat ia diberkahi sama Eyhwa. Jadi, wajar kalau Kiri juga menuruni hal sama.


Movie Avatar
Sumber : 20th Production


Intinya, kalau nonton ini di bioskop. Akan lebih menakjubkan. Karena sajian gambarnya benar-benar lebih hidup. Dan saya enggak menyesal sama sekali nonton film ini di penayangan terakhir, jam 21.45. Hehe, tapi harus diketahui ya, filmnya sampai jam 1 dini hari. Jadi tiga jam lah durasinya.










Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik ya. Untuk komentar dimoderasi ya.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *