Xiaomi Mi Note Bamboo Membuka Dunia Macro Photography

 xiaomi macro photography

Kali ini, saya ingin mengenang handphone kesayangan saya. Xiaomi Mi Note Bamboo yang sudah berpindah tangan. Sebenarnya, saya sudah sering menggunakan handphone ini. Bisa dibilang, sudah beberapa kali pula saya berganti handphone. Tapi, masih tetap setia menggunakan Mi note Bamboo. 

Berawal dari keinginan mengganti handphone. Sekitar tahun 2015. Karena, handphone sebelumnya, yaitu Lenovo berwarna hitam. Rusak dan tidak bisa diperbaiki. Akhirnya, keputusan mengganti handphone pun harus diambil. Berangkatlah saya ke Hypermall Bekasi yang berada di pusat kota.

Di lantai tiga, diisi oleh kios khusus penjual handphone dan aksesorisnya. Saya sudah punya langganan di sana, namanya Toko Meta. Cici penjualnya sudah kenal dengan baik, meski hanya kenal wajah saja. Secara, saya tidak tiap tahun mengganti handphone. Wajar saja kalau tidak begitu kenal nama. Hanya kenal wajah.

Saat itu, Cici Meta sedang berbincang dengan seseorang. Sambil memegang dus handphone. Saya datang tidak sendiri, tapi bersama partner. Ketika melihat kami datang, kemudian bertanya mengenai handphone yang oke. Dia pertama kali menawarkan merk Oppo. Saat itu, Oppo memang baru-barunya muncul dan sedang dalam proses menjamur. Tapi, saya menolak dan memilih yang lain.

Tak lama, orang yang tadi berbincang dengan Cici Meta, menawarkan agar saya membeli handphone yang dia pegang dusnya. Seketika pula si Cici meyakinkan saya kalau handphone tersebut memang bagus. Meski dalam hati saya, sepertinya ada sesuatu yang aneh. Tapi, saya tidak mau banyak bicara. Partner saya mengatakan untuk menerima saja.

Harga handphonenya sendiri tidak begitu mahal. Berada jauh di bawah beberapa handphone yang sebelumnya saya tanyakan. Sekitar satu juta delapan ratus-an, kalau tidak salah ingat. Setelah setuju untuk membeli handphone tersebut. Orang yang tadi berbincang dengan si cici, seketika pergi begitu saja. Saya semakin resah dan takut.

Tapi, dalam hati, saya meyakinkan. Kalau memang ada sesuatu yang salah, saya harus siap dan merelakan. Sepanjang transaksi, saya hanya bisa pasrah dan mengangguk saat dijelaskan mengenai beberapa hal. Seperti, ketika penjaga toko, asistennya si Cici mengecek kabel pengisi daya. Kemudian, saat membantu memindahkan sim card milik saya. Saya hanya terdiam tanpa banyak bicara seperti biasanya kalau berkunjung ke sana.

Namun, setelah itu ada banyak hal terjadi.

Xiaomi Mi Note Bamboo

Dengan layar tampilan yang cukup lebar, 6 inc. Membuat saya puas sekali untuk melakukan banyak aktivitas. Seperti membaca tulisan, membuat draf tulisan sampai memotret. Yang paling terasa menyenangkan adalah saat menonton video di saluran Youtube. Rasanya puas sekali.

Belum lagi, saat itu saya baru mengenal dunia Bookstagram. Saya penasaran, kenapa orang-orang di balik akun tersebut bisa memotret buku menjadi demikian menariknya? Alhasil, tahun tersebut pula saya memutuskan untuk terjun ke dunia Bookstagram. Mencoba memotret dengan properti seadanya. Yaitu bunga ungu yang saat ini vasnya sudah pecah.

Belajar memotret dengan handphone, bukan pengalaman baru. Saya sudah memulainya sejak menggunakan handphone Sony Ericsson K800 Cybershot. Kameranya sungguh tajam, bahkan waktu itu ketika dibandingkan dengan hasil kamera digital. Ketajamannya bisa setara. Juga, penangkapan cahayanya cukup mumpuni, meski digunakan di dalam ruangan. 

Tapi, memotret saat itu hanya sekadarnya. Belum serius sampai mengikuti peraturan yang diterapkan seperti rule of third. Tidak pernah saya ada keinginan untuk belajar serius sampai kemudian ketika saya menggunakan handphone Xiaomi Mi Note Bamboo ini. Belajar memotret dan merekam video, menjadi tantangan tersendiri. 

Karena keinginan untuk belajar yang serius. Akhirnya, saya putuskan ikut serta di acara workshop yang diadakan oleh Kelas Blogger. Di sana, saya mendapat banyak ilmu mendasar yang sangat berharga. Dari mulai bagaimana memotret, sampai mencari ide untuk dipotret. Semua berawal dari rumah.

xiaomi macro photography


Xiaomi Mi Note Bamboo Yang Merekam Kenangan

Mulailah dari sesuatu yang kamu sukai. Itu yang saya ingat dari perkataan Kang Dudi. Beliau yang mengajar di Kelas Blogger khusus tema Fotografi. Dari situ saya terpantik semangat untuk memotret sesuatu yang memang saya sukai. Yaitu : Buku. Setelah mengikuti workshop tersebut. Saya mulai belajar ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari foto yang saya lihat di Instagram.

Sayangnya, praktek ATM pun tidak semudah itu. Saya beberapa kali kebingungan, kenapa hasilnya tidak lebih baik? Minimal menyamai bagusnya dengan foto yang saya lihat. Kenapa tidak ada unsur enak dipandangnya? Teruslah saya kebingungan. Tapi, terus pula saya mencobanya.

Hingga kemudian, saya mengenal metode Flat Lay. Dimana, saya sampai bela-belain untuk membeli alas foto. Warna putih saya pilih karena akan mempermudah saya dalam mengombinasikan beberapa objek dengan warna berbeda. Mulailah saya berani untuk memotret ini dan itu. Apalagi, waktu itu saya juga ikut bergabung di komunitas fotografi : Uploadkompakan. Jadi, setiap hari selalu bersemangat setoran untuk tema harian.

Teknologi kamera Xiaomi Mi Note Bamboo yang dilengkapi dengan Optical Image Stabilizer. Membuat handphone 13 Megapixel ini menghasilkan gambar yang lebih jernih dan tajam. Sangat membantu saya yang memang sering gemetar tangannya. Tanpa teknologi OIS, sepertinya semua gambar yang saya dapat hasilnya akan nge-blur. 

Macro Photography Dengan Xiaomi Mi Note Bamboo

Dengan bantuan teknologi tersebut. Membawa saya berkenalan dengan dunia Macro Photography. Dimana saat pertama kali mencobanya, membuat saya ketagihan. Ternyata, Macro Photography itu, jika diketahui ilmunya. Sangat mudah dipraktekkan. Saya yakin banyak orang yang bisa motret foto makro.

Waktu itu, yang saya abadikan adalah seekor lalat yang tengah hinggap di daun. Kebetulan, di luar angin sedang semilir. Tidak begitu kencang tapi juga tidak begitu lambat. Awalnya, saya sempat takut tidak mampu mengabadikan momen lalat tersebut. Tapi, karena saat membeli lensa khusus Macro. Ada tips dan trik yang langsung saya praktekkan.

Hasilnya? Sungguh saya sangat senang sekali. Karena, beberapa kali jepret akhirnya saya berhasil. Keberhasilan pertama ini yang membuat saya giat untuk mencoba lagi dan lagi. Apalagi waktu itu ikut pula masuk ke grup khusus Macro. Belajar lagi dari para master Macro Photography.

Setelah itu, bisa dicek di galeri akun Instagram milik saya. Ada banyak foto Macro yang membuat saya takjub dengan kemampuan saya. Memang, memotret serangga hidup itu bukan perkara mudah. Seringnya, saya memilih objek yang aman. Seperti bunga, daun sampai benda-benda kecil seperti jarum pentul. Tapi, memotret serangga dari dekat. Membuat saya melihat ‘dunia’ yang jarang saya lihat sebelumnya.

Bagi yang ingin masuk ke dunia Macro Photography. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Simak tulisan selanjutnya, ya!


Hal Penting Sebelum Terjun Ke Dunia Macro Photography

Lengkapi perlengkapan tempur dengan lensa tambahan. Bagi pengguna kamera DSLR, silakan beli lensa macro di toko kamera terdekat. Untuk pengguna kamera handphone, sudah ada lensa macro yang bisa didapat secara bebas. Bisa cek akun Instagram @praztyo_wicaksono.

Cobalah memotret serangga pada pagi hari. Sebelum pukul 8 atau 9 pagi. Atau sekitar pukul 4 sore hingga 5 sore. Di waktu tersebut, serangga sedang dalam kondisi mencari makan. Sehingga, saat kita memotret, mereka tidak akan terganggu. 

Perhatikan kondisi lingkungan terutama angin. Apakah kecepatan angin sedang lambat atau cuaca sedang terlalu berangin. Jika terlalu berangin, maka gunakan tripod untuk membantu agar hasilnya lebih baik.

Saat mendekat ke arah serangga, pastikan Anda mendekat dengan perlahan. Jangan bergerak terlalu tiba-tiba. Apalagi terburu-buru. Santai saja, nikmati momen. Karena, fotografi itu menitik-berat-kan pada pemburuan momen. Jadi, gunakan waktu dengan santai tapi tetap fokus.

Bergabung dengan komunitas Macro Photography seperti di akun Instagram @galeri_makro. Biasanya mereka memiliki banyak tips di grup. Seperti tips untuk mendapat serangga tertentu, bisa didapat dimana. Bahkan, saya baru tahu kalau dekat dengan jenis pasir tertentu, kita bisa beruntung memotret lebah. Banyak dari anggota Macro yang bahkan mempelajari habitat hidup para serangga.

Spesifikasi Handphone Xiaomi Mi Note Bamboo

Setelah saya membicarakan masalah kenangan saya bersama handphone ini. Sepertinya akan sangat disayangkan kalau tidak berkenalan lebih dalam dengan handphone Mi Note Bamboo. Biar lebih paham, seperti apa keunggulan lainnya. Perlu diperhatikan, kalau handphone ini sudah tentu akan jarang ditemui. Karena, termasuk handphone yang lawas.

Karena masa rilisnya sudah cukup lama. Handphone yang berbasis teknologi Android Kitkat ini menyediakan kesempatan penggunanya untuk meng-upgrade hingga Android Marshmallow. Sayangnya, setelah itu tidak bisa lagi di-upgrade. Mau tidak mau, menerima nasib beberapa aplikasi tidak bisa digunakan di handphone ini. 

Kekurangan Xiaomi Mi Note Bamboo

Ada kelebihan, tentu ada kekurangan. Saya tidak mau memungkiri hal ini. Karena itu, ada beberapa hal yang memang membuat saya cukup kalang kabut waktu pertama kali menggunakan handphone ini. Terutama saat gawai ini sudah tidak bisa menerima perambahan baru dari Android.

  • Tidak Bisa Ganti Tema. Ini sepertinya hanya gawai yang saya punya saja, deh. Sejak pertama membeli dan membawa pulang. Saya kesulitan untuk mengganti tema. Setiap diganti tema, pasti akan langsung ngehang. Sampai saya harus reset ulang demi bisa digunakan. Jadi, selama menggunakan handphone ini, saya tidak pernah sekalipun mengganti tema. Hanya sekadar mengganti wallpaper saja.
  • Tidak Ada Slot Untuk Memory. Waktu menggunakan gawai ini, saya punya memory card yang masih memiliki kapasitas lumayan. Saat menggunakan gawai Lenovo, di situ terdapat slot khusus untuk menyimpan memory card. Tapi, di handphone ini, tidak ada tempat untuk menyimpan memory card. Jadi, saya akhirnya menggunakan teknologi OTG yang baru-baru ini saja saya gunakan.
  • Sulit Mencari Screen Protector. Ini saya juga bingung, ya. Sampai terakhir saya mencari screen protector untuk gawai ini. Setiap toko aksesoris dan toko handphone, mengaku tidak punya barang yang ukurannya sesuai dengan gawai yang saya pakai. Alhasil, saya menggunakan ukuran yang berbeda. Jadi, tidak seluruh layarnya terlindungi. Hanya menyisakan sedikit bagian yang tidak terjangkau. Tapi, itu juga berpengaruh kalau sampai jatuh. 
  • Tidak Bisa Mengambil Gambar Bokeh Sesuai Keinginan Saya. Ini saya bandinginnya sama Xiaomi Mi A1 yang saya pakai. Jadi, perbandingan masa kini, kalau boleh dibilang begitu. Di gawai yang saya pakai saat ini. Ada fitur khusus untuk mengambil gambar bokeh. Dimana fitur ini tidak ada di Mi Note Bamboo. Jadi, kalau mau membuat gambar yang bokeh, kita sendiri harus pintar-pintar mengatur jarak objek dengan background. Bisa dibilang, keahlian sangat dibutuhkan. Juga, keahlian dalam mengedit foto menggunakan Snapseed. Di aplikasi ini ada fitur untuk membuat latar foto menjadi bokeh.
  • Kapasitas Penyimpanan Internal Yang Sedikit. Namanya menyimpan foto. Tentu saja membutuhkan kapasitas penyimpanan yang besar. Karena itu, setiap bulan saya harus selalu rutin memindahkan gambar yang ada di handphone ini ke harddisk external. Agar memori internal tidak memunculkan warning terus-menerus.
  • Adanya Program Matcli. Ini yang sempat membuat saya bingung. Setelah tidak lagi mendapat pembaruan sistem. Selalu muncul notifikasi ada program Matcli yang terdeteksi. Setelah saya cari tahu, Matcli ini sejenis trojan. Beberapa website mengatakan bahwa Xiaomi memang menginjeksi trojan di dalam gawai mereka. Tapi, ini pada beberapa gawai lama saja. Pengguna Xiaomi Mi Note Bamboo pun banyak yang mengeluhkan perihal ini. Karena, notifikasinya muncul terus. Tidak bisa dihilangkan. Sehingga, banyak yang khawatir kalau data mereka akan disalahgunakan karena keberadaan trojan ini.
  • Harus Sering Di Reset Ulang. Mungkin, ini hanya pengalaman saya sendiri. Setiap beberapa bulan sekali, saya harus mengatur ulang Xiaomi Mi Note Bamboo milik saya. Faktor yang membuat saya melakukan ini, selain karena kinerja gawai yang melambat. Ternyata, memengaruhi ketajaman dan hasil foto yang saya jepret. Ini beneran membuat saya sendiri bingung. Karena belum paham, seberapa besar pengaruh gawai yang melambat dengan hasil foto yang menurun. Jadi, setiap kali saya mendapat hasil yang kurang memuaskan. Saya cek lagi, jangka waktu saya mereset ulang gawai. Jika sudah waktunya untuk di-reset, maka saya harus melakukannya agar kinerjanya kembali stabil.
Kalau dilihat, sebenarnya kekurangannya ini tidak begitu menonjol. Karena, memang yang diperlukan adalah kameranya. Tapi, sejak awal menggunakan gawai ini. Cukup sering juga saya dibuat stress karenanya. Namun, semua itu akhirnya menjadi kenangan manis. 

Penutup

Katanya, mengikuti perkembangan teknologi terus-menerus itu tidak baik. Tapi, faktanya memang kita dipaksa untuk terus mengikuti perkembangannya. Mau tidak mau pengguna gawai yang tidak menerima pembaruan sistem. Harus mengganti dengan yang baru. Dikarenakan beberapa aplikasi menuntut penggunanya menggunakan sistem operasi terbaru.

Belum lagi kebutuhan media penyimpanan yang semakin bertambah. Besar aplikasi yang tersedia saat ini juga ikut bertambah. Membuat pengguna teknologi harus pintar memilih gawai terbaru dengan kapasitas besar. Itulah kenapa, pada akhirnya orang seperti saya juga harus mengikuti perkembangan tersebut.

Kalau zaman dahulu satu handphone keluaran lima tahun yang lalu masih bisa digunakan. Bahkan hingga sekitar tujuh tahun. Sekarang ini, lima tahun adalah jangka waktu yang sudah terlalu lawas. Ketika kita tidak mendapatkan pembaruan sistem. Ada kemungkinan beberapa virus menjangkiti atau kinerja dari aplikasi tidak bisa bekerja dengan baik. 

Jadi, mau tidak mau memang kita harus pintar - pintar memilih smartphone. Mencari yang harganya tidak terlalu tinggi tapi teknologinya mutakhir. Juga mendapat jaminan bisa di-upgrade ke sistem terbaru. Sehingga, masih bisa menyelamatkan tabungan agar tidak jebol karena mengikuti perkembangan teknologi.

Memiliki kamera DSLR atau Mirrorless memang menjadi solusi menarik. Tapi, karena harga kedua kamera tersebut cukup melambung tinggi. Juga agak sedikit kurang efisien jika dibawa bepergian. Jadilah saya masih setia menggunakan handphone untuk eksplorasi dunia fotografi yang tidak henti-hentinya membuat saya takjub.

Menurut pembaca, kira-kira, berapa lama waktu yang ideal untuk mengganti smartphone? Apa alasan yang membuat Anda harus mengganti smartphone Anda? Silakan berbagi di kolom komentar. Dan, saya ucapkan terima kasih sudah membaca tulisan ini hingga akhir.


Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Silakan tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik ya. Untuk komentar dimoderasi ya.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *