Tips Merapikan Rumah Setelah Banjir Ala Francine Jay
Waktu kemunculan buku karya Konmari. Yang isinya tentang bebenah rumah. Dimana beliau mengatakan kalau rumah yang bersih dan minim dari tumpukan barang. Akan mendatangkan kebahagiaan dan rasa ringan dalam diri penghuninya.
Kemunculannya sempat mendatangkan Pro dan Kontra. Apa sih di dunia ini yang enggak melalui proses perdebatan sengit. Apalagi terkenal.
Nah, bagi kolektor barang atau yang merasa tidak keberatan dengan barang yang dimiliki. Menganggap kalau metode yang Konmari ceritakan terlalu berlebihan.
Membuang barang yang masih dipakai itu bukan hal mudah. Apalagi kalau ada kaitannya dengan manfaat barang tersebut yang masih menampilkan sinar gemerlap. Pasti akan ditolak metode ini.
Ketika Jumlah Barang di Rumah Berkaitan Dengan Kondisi Hidup Seseorang
Tapi, semenjak tragedi banjir. Ipeh jadi sedikit paham. Kenapa Konmari memberikan pemahaman mengenai hidup dengan barang yang sedikit di rumah.
Pemahaman ini tidak datang seketika. Justru ketika tengah menyicipi buku serupa dengan judul berbeda. Yaitu buku Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan karya Francine Jay. Mulailah saya anggukan kepala.
Pengalaman memang sering membuat persepsi berubah. Dari berkata APA SIH menjadi IYA JUGA YA. Menjadikan seseorang jadi berbeda dari sebelumnya.
Jay, dalam bukunya juga mengaitkan mengenai beban hidup seseorang akan menjadi ringan kalau dia juga mengurangi jumlah barang di rumahnya.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Konmari.
Saat Bebenah Rumah Beban Ringan Setelah Mengurangi Barang Di Rumah
Paska banjir menghadang. Apa yang paling tampak berbeda dari bentuk rumah?
Pertama, warna catnya berubah menjadi campuran gradasi dengan bekas air dan lumpur.
Kedua, banyak barang bertumpuk dan porak poranda. Disertai bau apak yang tiada duanya.
Ketiga, rumah tampak lowong dan bersih di setiap sudutnya.
Kesimpulan saat bebenah paska banjir. Kalau bencana atau tragedi selalu mendatangkan nilai lebih yang tersembunyi. Salah satunya, rumah jadi tampak lapang dan semua sudut bisa dijangkau.
Saat merapikan barang, memilah dan memisahkan mana yang masih bisa disimpan dengan mana yang sudah tak bisa digunakan. Barulah Ipeh sadar kalau selama ini masih sering menyimpan barang yang 'sayang' untuk dibuang.
Namun, ketika banjir melanda. Nyatanya, barang tersebut pun akhirnya terbuang juga. Tapi, buangnya menunggu waktu yang tepat.
Nah, tips bebenah dari Jay di buku ini. Persis dengan prosedur yang dilakukan mereka yang terkena banjir.
Apa saja tips bebenahnya? Dibaca ya sampai selesai, pelan-pelan saja tak apa.
Tips Merapikan Rumah Ala Francine Jay
1. Keluarkan Semua Barang Dari Tempatnya
Iya, persis pas Ipeh bebenah paska banjir. Semua barang dikeluarin dari setiap ruangan. Tanpa terkecuali.
Tapi, ngeluarinnya satu-satu. Misal, ngeluarin barang di kamar depan dulu. Setelah kamar depan kosong, baru ke kamar lain. Gitu. Biar enggak terlalu ribet.
2. Kelompokkan Semua Barang
Karena kondisi ruangan penuh barang. Akhirnya, Ipeh kelompokin dengan memisahkan barang berdasarkan ruangannya.
Ketika ada ruangan yang sudah bersih. Ipeh mulai sortir satu per satu dari setiap kelompok barang per ruangan.
Ipeh pisahin antara barang yang masih bisa dipakai dengan barang yang sudah harus dibuang.
Barang yang sudah harus dibuang pun langsung Ipeh pisahin dan masukin ke dalam plastik. Atau diletakkan di dekat tempat sampah.
Setelah semua barang terpisah antara yang masih bisa disimpan dengan yang sudah harus dibuang. Ipeh pun langsung memisahkan lagi barang-barang yang bisa disimpan ini.
3. Bebenah Barang Dan Simpan Dalam Wadah Bersih
Beberapa barang yang sudah dipisah dan dibersihkan. Kemudian disimpan di dalam wadah bersih. Karena pas bebenah masih dalam kondisi agak takut.
Akhirnya, barang-barang tersebut Ipeh simpan di wadah kotak berbahan plastik. Ditutup rapat sambil dikelompokin lagi.
Kelompokinnya dengan sederhana. Misal, barang kecil tempat gunting kuku disimpan di kotak kecil dan disimpan di tempat yang gampang dijangkau.
4. Abis Bebenah Simpan Barang Sesuai Kebutuhan
Gara-gara banyak barang yang akhirnya terbuang. Sekarang ini Ipeh kepikiran buat beli atau simpan barang yang memang dibutuhkan.
Mulai menyortir barang yang tidak begitu terpakai. Bisa didonasiin atau kasih ke saudara yang membutuhkan.
Soalnya, sempat sedih pas tahu Tokebi di dapur lupa diselamatin pas air mulai masuk. Eh, nongolnya justru pas lagi bebenah.
Emang sih, si Tokebi ini jarang dipakai. Soalnya takut cepet rusak, pikir Ipeh sebelumnya. Sekarang malah rusak beneran.
Daripada kebuang, mending besok-besok kalau ada barang di rumah langsung aja dipake. Enggak perlu disayang biar nanti enggak harus berpisah secara paksa, eeaa.
5. Memisahkan Pakaian
Waktu sebelum banjir, ada banyak banget pakaian yang ditumpuk. Dipisah antara pakaian yang masih dipakai, jarang dipakai sama sering dipakai.
Tapi, tetap numpuk di satu ruangan. Eh, pas air bertamu rame-rame. Akhirnya ini baju semua terkena imbas. Kalau basah aja sih, oke. Tapi, ini banyak yang nodanya enggak bisa hilang.
Dari apa yang Ipeh alami ini. Ada pelajaran untuk enggak nunda kalau mau donasi baju yang masih bagus.
Biar enggak terbuang dengan percuma karena bentuknya tak karuan meski sudah dicuci.
Penutup
Dari pengalaman ini pula akhirnya Ipeh sadar. Kalau Ipeh sudah menerapkan apa yang Jay tulis di bukunya.
Meski waktu nerapin, momennya belum baca ini buku. Tapi, seenggaknya bisa paham. Apa maksud atau pesan yang ingin disampaikan sama Jay.
Milikilah barang yang enggak menyusahkan dan simpan di tempat yang benar. Biar kalau ada musibah, enggak kocar-kacir nyarinya.
Ipeh Alena
Tambahan info bagi pembaca yang mau baca bukunya. Silakan cek di Gramedia terdekat. Karena diterbitin oleh Gramedia. Atau baca di Gramedia Digital juga bisa.
Gimana, tertarik untuk bebenah juga?