Saya dan Hobi Membaca : Membaca Membuka Cakrawala

Membaca hobi

Membaca Membuka Cakrawala - Sebagai seorang yang senang membaca buku, saya selalu mendapat banyak hal dari buku-buku yang saya baca. Entah itu pandangan kehidupan sosial, politik atau ilmu pengetahuan dan segala macamnya. Meski yang dibaca seperti komik Jepang, tetap saja bisa mendapat hal yang membuka wawasan saya sebagai pembaca.

Teringat dahulu Ibu saya selalu meminta saya untuk membaca, tapi khusus baca buku pelajaran dan Majalah Bobo sesekali saja. Sementara komik, saya dilarang habis-habisan. Meski begitu, tante saya selalu memberi pasokan komik untuk saya. Ini yang membuat saya lompat kegirangan.

Menurut Ibu saya, komik dan cerita lain itu tidak menjadikan saya pintar dalam nilai akademis. Salah? Yaa wajar ya kalau pemikiran Ibu saya begini. Lah beda bacaan soalnya sama saya, Ibu tidak pernah membaca komik, jadi wajar lah. Tapi, lambat laun, beliau mengerti dan memahami kegemaran saya satu ini.

Ngomongin masalah buku atau majalah atau juga komik, saya sendiri sering mendapat ragam wawasan dalam berbagai bentuk dari bacaan. Seperti misalnya beberapa buku/majalah/komik saya tuliskan di bawah ini.

Cerpen Dari Majalah Bobo

Saya tahu, majalah ini sempat menjadi bacaan 'setengah wajib' bagi anak-anak Indonesia. Masalahnya karena majalah Bobo ini selalu direkomendasikan orang tua untuk anaknya. Kenapa setengah wajib? Ya, karena saya pikir setiap anak selalu berebut baca Majalah Bobo untuk dulu-duluan siapa yang baca dan selesai lebih dulu. Kemudian akan dengan congaknya menceritakan pada teman lainnya.

Sayangnya, kebiasaan buruk saya sudah dimulai sejak saya kecil, yaitu tidak peduli dengan Judul dan Siapa penulisnya, hanya mengingat jalan ceritanya. Ada dua cerpen yang akan saya tulis di sini dari banyaknya cerpen yang saya ingat.

Cerpen pertama, mengisahkan seorang anak yang bercita-cita ingin menjadi wartawan. Kebetulan, tante anak tersebut merupakan seorang wartawan yang sering dikirim ke wilayah konflik. Sebut saja namanya Dira, yang mengingat pesan dari sang Tante untuk menuliskan semua kejadian yang dia alami setiap hari dalam bentuk Jurnal Harian. Dan akhirnya menulis Jurnal Harian menjadi kebiasaan yang Dira lakukan setiap pulang sekolah.

Suatu ketika, Dira memutuskan untuk main ke rumah temannya. Sebut saja namanya Santi, yang konon tinggal di stasiun. Awalnya Santi takut kalau Dira tidak akan betah main ke rumah Santi, tapi setelah memastikan pada Santi bahwa Dira benar-benar ingin belajar bersama dengannya, barulah Santi mau. Oiya, Santi ini termasuk anak yang berprestasi.

Pulang bersama Santi membuat Dira memiliki pengalaman yang berbeda dan selalu membuatnya teringat. Mereka memasuki lorong di stasiun, tidak jauh dari tempat penumpang menunggu kereta, di situ adalah rumahnya Santi. Dengan etalase yang menjadi pembatas hunian mereka, juga lemari kayu yang menandakan ruangan di dalamnya adalah ruang tidur. Santi dan keluarganya sudah lama tinggal di tempat tersebut. Di bawah lampu stasiun yang sedikit temaram. Serta kamar mandi stasiun yang mereka gunakan untuk mandi dan segala macam.

Setelah pulang dari rumahnya Santi, Dira termenung dan merasa bersyukur dengan kehidupannya. Karena, meski memiliki keterbatasan, Santi justru membuktikan bahwa dia tetap bisa berprestasi.

Cerpen kedua yang akan saya ceritakan ulang, sebuah kisah tentang seorang anak dari tempat yang sangat jauh, pergi ke Istana untuk mengikuti ujian masuk sebagai koki istana. Kebetulan, itu adalah impiannya yang paling ingin dia wujudkan. Berkelanalah dia demi mencapai istana. Sampai di sana, Koki Kepala di Istana memutuskan untuk menyaring setiap pelamar yang datang.

Kita sebut saja namanya Riko, yang berjuang dari satu ujian ke ujian yang lain. Banyak yang gugur, sementara Riko terus berjuang semampunya hingga suatu ketika dia merasa Koki Kepala membencinya. Alasannya adalah setiap kali dalam satu ujian, Koki Kepala selalu memberinya tugas yang sangat berat. Berbeda dari kawan lainnya yang tengah menjalani ujian yang sama dengannya.

Dengan tekat yang hampir putus, Riko memutuskan untuk pulang sebentar, menemui sang Ibu dan mencurahkan isi hatinya. Kemudian apa yang dikatakan oleh Ibunya?

"Riko jika kamu menunggang kuda, apa yang kamu lakukan agar kuda tersebut lari dengan cepat?" tanya Ibunya.

"Memecutnya, Bu."

"Nah, itulah yang dilakukan Koki Kepala padamu. Dia ingin kau bekerja keras agar bisa menjadi pemenang."

Kemudian apa yang dilakukan oleh Riko setelahnya? Dia menjadi kian bersemangat meski dituntut ini dan itu oleh Koki Kepala. Benar saja, tidak lama kemudian Riko dipilih menjadi Koki Istana.

Kedua cerita di atas mengajarkan hal-hal yang bukan sekadar nasihat. Tapi juga semacam 'petunjuk' untuk kehidupan. Dan bacaan berbobot seperti ini memang semestinya dilestarikan, agar anak-anak Indonesia memiliki karakter pribadi yang kuat.

Membaca Buku Komik Dari Jepang

Dari dulu sampai sekarang, saya masih menyukai membaca komik. Kalau dulu karena memang saya belum tahu rekomendasi novel yang bisa saya baca. Tapi, kalau sekarang justru komik menjadi penyemangat kala malas membaca tengah menyapa. Alasannya simple, komik kan tipis, jadi bisa lekas habis dan saya bisa memperbaiki mood membaca saya. 

Hayoo, siapa yang tidak kenal dengan Doraemon. Karakter yang satu ini benar-benar long lasting banget ya. Dari saya SD sampai sekarang, Doraemon masih menjadi karakter favorit. Nah, saya masih ingat salah satu Komik Petualangan Doraemon, yang kalau saya baca ketika SD, bisa membantu saya memahami teori Big Bang.

Di situ dikisahkan kalau Doraemon memiliki alat yang bisa dipakai untuk menciptakan alam semesta. Semacam simulasi bagaimana alam semesta dibuat gitu. Dari mulai kosong tidak ada apa-apa, kemudian Doraemon menggunakan alat seperti pengaduk untuk membentuk ragam galaksi. Terus begitu sampai suatu hari, keduanya (baik Doraemon maupun Nobita) tengah sibuk sampai lupa dengan simulasi alam semesta.

Akhirnya, dunia yang sudah tercipta. Dihuni oleh berbagai makhluk seperti Dinosaurus akhirnya harus menghadapi satu hal, astereoid kecil yang akan berbenturan dengan bumi dan menjadi awal mula kepunahan makhluk purba dan cuaca ekstrim serta pembentukan benua.

Seru, kalau baca komik petualangan. Karena seperti ikut terjun bersama para tokoh di dalamnya.

Komik lawas lainnya yang ingin saya tuliskan berjudul Mirage. Dalam komik ini, dikisahkan manusia sudah menghuni kapal besar yang mengambang di luar angkasa. Kehidupan di dalam kapal tersebut dibuat menyerupai bumi. Dari mulai taman, pohon dan segala macamnya. Nah, komik ini termasuk lawas, kalau tidak salah ingat terbitan tahun 70an.

Ketika saya membaca komik ini, saya sempat berpikir, kok sama ya dengan ragam film yang ada sampai saat ini. Mantap sekali karena dari situlah saya bisa tahu kalau ide kapal besar ini memang terinspirasi dari kapal nabi Nuh yang diciptakan untuk menyelamatkan manusia serta makhluk lainnya.

Membaca Buku Novel Klasik

Membaca novel klasik yang usianya sudah berabad-abad, memberi saya pemahaman tentang kehidupan sosial bermasyarakat yang tampaknya masih sama dengan kondisi saat ini.

Saya ambil contoh dari The Tenant of Wildfell Hall, seorang perempuan yang tinggal di rumah besar. Perempuan ini bermaksud mengasingkan diri bersama anaknya. Tapi, mau tidak mau harus ikut 'nyemplung' ke kehidupan sosial bertetangga. Dalam satu adegan, si perempuan ini berbincang dengan perempuan lain dalam sebuah pertemuan. Dengan mengintimidasi sosok si Tenant ini, karena tidak melihat atau mendengar kisah dari mulut si Tenant tentang suaminya. Mereka kemudian berbondong-bondong mencibir dan membuat kisah lain tentang si Tenant. 

Atau dari novel Scarlet Letter, yang mengisahkan seorang perempuan yang diasingkan bersama anaknya. Sebuah tudingan bahwa anak tersebut merupakan anak haram membuat banyak orang mengasingkannya, bahkan menjauh dan menganggap bahwa anak tersebut turunan Iblis.

Duhee…serem kan ya? Dari kisah seperti di atas itulah saya belajar memahami bagaimana aksi dan reaksi dalam kehidupan. Yang namanya konformasi memang tidak dapat dijauhkan dari kehidupan manusia, namun tetap yang diperlukan adalah kemampuan dalam menilai orang lain.

Penutup

Huhuhu, panjang banget ya. Iya, kalau sudah menceritakan tentang buku, saya itu sangat bersemangat sekali. Sampai rasanya lupa waktu. Dan setiap buku tidak hanya menambah wawasan bagi saya, tapi juga membangkitkan memori pada kejadian-kejadian yang saya tangkap dalam kehidupan sehari-hari.

Terkadang ketika selesai membaca satu buku dan saya teringat dengan kejadian yang menimpa orang lain. Membuat saya memiliki 'kacamata' berbeda dalam melihat hal tersebut dan menjadi lebih ragam dalam meninjau terkait hal itu. Meski saya tidak berkontribusi apapun, tapi pengalaman ini bisa saya bagi pada orang lain yang mengalami hal serupa.

Semacam katarsis untuk meringakan beban orang lain. Tidak ada salahnya bagi saya, menjadi pendengar yang baik.

Pembaca punya pengalaman seru yang membangkitkan ingatan ketika membaca buku/artikel/majalah? Silakan berbagi di kolom komentar.

Terima Kasih


Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *