Film Sunny Dari Korea Yang Rilis Tahun 2011

Film sunny


Sunny Movie yang rilis tahun 2011 ini sudah diadaptasi versi Indonesianya. Di tangan Riri Riza dan Mira Lesmana, saya menaruh harapan besar pada film yang berjudul BEBAS. Akan tayang sekitar bulan Oktober nanti. Nah, sebelum menonton versi Indonesianya. Saya ingin menuliskan, kesan-kesan dan hal yang saya dapat melalui film koreanya.

Pada mulanya, saat menyaksikan trailer film Bebas. Saya pikir ini kisah tentang anak remaja dan pergaulannya saja. Sementara Widi Mulia dan Indie Barent, sebagai orangtua si anak remaja tersebut. Tapi, ternyata saya salah besar sepertinya. Meski saya belum tahu akan dimodifikasi seperti apa filmnya nanti. Yang jelas, saya tidak mau membandingkan dulu akan jadi apa nanti jalan ceritanya. 

Kalau di film Sunny ini, kita akan diajak flashback ke tahun 80-an. Dimana saat opening filmnya, disambut dengan lagu Time After Time yang bikin saya mendadak muda kembali. Meski mengalami masa kecil di tahun 90-an, namun lagu-lagu tahun 80-an saat itu masih kerap saya dengar. Apalagi, masa remaja saya dihabiskan dengan mendengarkan saluran Sonora di radio kesayangan. 

Secara singkat, ini memang kisah anak remaja di tahun 80-an. Kisah kehidupan mereka sampai pergaulan mereka. Namun, juga menyertakan penggambaran suasana politik dan sosial pada masa itu. Sebelum menonton, siapkan dulu hati yang kuat. Karena, saat menonton ini saya benar-benar terbawa suasana dan ikut menangis haru.

Langsung saja simak ulasan atau apalah ini disebutnya. 


Sunny Movie : People Change So Are We


Menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga, tidak menyurutkan Im Nami untuk totalitas demi keluarganya. Memiliki anak gadis yang tertutup, sering membuatnya tak tahu harus berbuat apa. Ditambah, ditampakkan dalam film ini kesan sang suami yang dingin. Sering menyelesaikan sesuatu dengan uang. Karena, di beberapa bagian, sang suami menyerahkan amplop berisi uang dalam jumlah besar pada istrinya. Salah satunya, saat Nami meminta suaminya untuk datang menjenguk ibunya.

Tak hanya itu, gambaran kehidupan Nami yang serba berkecukupan. Malah terbilang kaya. Berbanding terbalik dengan kondisi yang tidak ditampakkan olehnya. Seperti, hubungan dengan suaminya yang tidak banyak berkomunikasi. Mereka tidur tanpa menghabiskan waktu berbincang. Kemudian, sang anak yang menjelang remaja ini juga tidak menaruh perhatian pada ibunya.

Bukan hanya itu, ketika sebelum berangkat sang anak sudah diberi uang. Saat malam tiba, ia menyelinap masuk ke dalam ruang baca. Kemudian, menemukan tempat penyimpanan uang. Yang menjadi pertanyaan Nami, kemana uang yang tadi pagi diterima olehnya? Apalagi uang tersebut jumlahnya cukup banyak.


Para Orangtua Dan Kegemaran Mereka

Berganti dari kehidupan Nami, kita beranjak ke kehidupan Ibunya Nami yang sedang sakit. Di bagian ini banyak hal yang cukup lucu dan nampak seperti kondisi pada masa sekarang. Digambarkan, di bangsal tersebut terdapat banyak sekali wanita tua yang duduk di ranjang mereka. Sepertinya bukan tipe penyakit keras yang membuat mereka tak mampu bergerak. Karena, beberapa ada yang masih bisa berjalan-jalan, sampai duduk di kursi karena kelelahan harus tidur di ranjang.

Para wanita tua ini, bersama dengan orang yang menjenguk. Menonton tayangan serial drama yang saya bahkan tak tahu apa judulnya. Nonton drama korea bersama, sepertinya bukan sesuatu yang aneh. Karena, memang itu tayangan dari negeri mereka sendiri. Tapi, yang lucu adalah para wanita ini bergantian menebak jalan ceritanya dan bisa mengomel secara bersamaan.

Tak hanya itu, pernyataan dari sang Ibu pada Nami juga cukup dalam. Beliau mengatakan, siapa yang bisa menyangka kalau Nami bisa menikah dengan orang kaya. Bahkan bisa membelikannya tas Chanel yang harganya mahal itu. Sementara, sang kakak berubah menjadi seseorang yang berbeda juga. Di sini, saya sempat penasaran, seperti apa kakaknya Nami waktu dulu?

Simpan dulu pertanyaannya, nanti akan dijawab.


Sunny Dan Sebuah Pertemuan Yang Membawa Kenangan


Seberapa penting arti pertemanan dan persahabatan untuk Anda? Bagi saya yang belum pernah mengalami hal atau momen seperti di film-film. Tentu sering berandai-andai, bagaimana rasanya begini dan begitu. Tapi, jangan sampai perandaian atau film persahabatan ini justru membuat Anda yang belum menemukan sahabat yang tepat menjadi kesal. Ada waktunya Tuhan mempertemukan kita dengan sahabat sejati. Terkadang, pertemuan itu memakan waktu yang cukup lama. Hingga kita diminta untuk sabar menanti hari demi hari.

Bagi Nami, nama Choon-Hwa tentu memiliki nama yang berarti. Meski diawal dia tak yakin dengan tebakannya. Tapi, Nami tidak berhenti untuk mencari tahu. Berawal dari teriakan di kamar yang berdekatan dengan ruangan Ibunya dirawat. Nami melihat sekilas sosok wanita yang menjerit kesakitan tengah ditenangkan oleh beberapa orang perawat. Tampaknya rasa sakitnya demikian hebat hingga dia menggelinjang tak tentu arah di atas ranjangnya.

Rasa penasaran membawa Nami mencari tahu mengenai sosok wanita yang namanya tampak berarti baginya itu. Dan, benar saja. Ketika dia masuk ke dalam ruangan tersebut. Ada suara wanita bernyanyi lagu yang dia kenal di belakangnya. Saat menoleh, ia mencoba mengingat kembali masa-masa saat dia bersekolah.

Di awal pembukaan film, ada bagian dimana Nami memandang anak-anak yang sedang berangkat ke sekolah dengan senyum mengembang. Sambil menatap mereka seolah di dalam kepalanya muncul kenangan yang belum mau dibuka pada penonton. Setelah pertemuannya dengan Choon-Hwa inilah, kita akan diajak mengenang kembali masa sekolah Nami di tahun 80-an.


Bukan Sekadar Menjejak Rekaman Memori


Sebenarnya, bukan tanpa sebab Nami mengingat kembali masa – masa sekolahnya. Pertemuannya dengan Choon-Hwa dan permintaannya untuk mempertemukan “Sunny” merupakan titik awal kita berkenalan dengan tokoh lain. Keinginan tersebut nampaknya dikabulkan melalui dering telpon suaminya Nami yang mengabarkan bahwa sang suami akan dinas ke luar kota. Dari sinilah, jawaban yang nantinya akan tampak, dimana Nami menghabiskan waktu mencari kawan-kawan lamanya.

Meski sebelumnya Nami masih enggan untuk berupaya mempertemukan Choon-Hwa dengan Sunny. Tapi, saat di perjalanan menuju rumahnya usai mengantar sang suami di bandara. Nami melihat kembali anak-anak sekolah yang berjalan bersama. Membawa serta ingatan Nami yang kemudian membuatnya berhenti di sekolah tempat dulu ia mengenyam pendidikan.

Memandang para murid berseragam sambil berjalan masuk pelataran sekolah. Berseling kemudian, Nami melihat sendiri bayangan dirinya saat pertama kali datang ke sekolah tersebut. Nami adalah murid baru di Seoul. Dia pindah dari sekolahnya yang ada di daerah lain. Di hari pertama itulah, penonton disajikan pemandangan anak-anak sekolah pada masa itu. Tampak perbedaan yang paling besar adalah tidak adanya penggunaan seragam.

Di sekolah tersebut, Nami bertemu dengan sosok mantan wali kelasnya semasa sekolah. Berbincang hangat sambil melihat perbedaan yang nampak pada sang guru. Pujian terlempar dari bibir wanita tua yang dulu mengajarnya, bahwa Nami masih awet muda dan tetap cantik. Sementara ia, sudah beruban dan akan memiliki cucu sebentar lagi.

Perbincangan singkat mereka membawa Nami pada sosok Jang-Mi. Dia adalah teman sebangkunya. Yang nantinya akan membantu Nami mencari informasi mengenai kawan-kawan lainnya.


Kim Jang-Mi 


Dia adalah gadis yang menjadi teman sebangkunya Nami. Sosok gadis yang pertama kali bertemu tengah sibuk memasang lipatan mata palsu. Sosoknya yang gemuk tidak membuat Jang Mi menjadi gadis yang tidak percaya diri. Meskipun keluhannya memang pada lipatan matanya yang tidak tampak. Hanya itu.

Teman-temannya sering bermain di rumah Jang Mi. Dan, setiap kakaknya kembali dari sekolah bersama teman-temannya. Mereka akan menantikan sosok lelaki yang memang tampak good looking di antara teman lainnya. Cowok inilah yang menjadi cinta pertama Nami.

Saat dewasa, siapa yang sangka kalau Jang Mi akan menjadi sales asuransi? Namun, prestasinya di perusahaan tersebut masih terbilang lambat. Meski dia tampak to the point saat menemui orang yang dikenal olehnya. Maksudnya, ia tak segan-segan menawari mereka asuransi meski kondisinya tampak tak tepat.

Melalui bantuan Jang Mi yang memilih jasa detektif untuk mencari tahu keberadaan teman-temannya. Kemudian Nami dan Jang Mi bertemu dengan mereka semua satu persatu. Dengan kisah hidup berbeda dari masa-masa sekolah mereka. Lucunya, detektif yang dipilih Jang Mi ini adalah detektif yang menemui ia dan suaminya, saat keduanya bersembunyi dari debt collector di suatu tempat.


Hwang Jin-Hee


Dia adalah wanita pertama yang ditemui oleh Nami dan Jangmi. Dikenal sebagai gadis tukang caci-maki. Ini pakai istilah saya, tapi kalau dialih-bahasakan menjadi The Cursed Woman. Dari mulutnya selalu keluar kata-kata pedas yang menyudutkan orang lain. Memberikan label buruk pada orang. Hingga ahli saat adu mulut.

Saat pertama kali Nami dan Jangmi menemuinya. Ada banyak yang berubah darinya. Bukan sekadar operasi untuk mempercantik diri saja. Tapi, dari sikapnya yang tampak santun dan lembut. Berbeda dengan sosok Jin Hee remaja. Hingga Jang Mi mengatakan hal yang sebenarnya bahwa ia banyak berubah sampai tidak mengenalinya lagi.

Ketika diajak untuk bertemu dengan Choon Hwa, Jin Hee sempat mempertimbangkannya dulu. Dia tidak bisa langsung menerima tawaran tersebut. Yang anehnya lagi, Jin Hee berusaha untuk mencari tahu darimana kedua temannya menemukan dia. 

Lucunya, saat Nami berkunjung ke tempat sang detektif. Tanpa disengaja ia melihat Jin Hee bersembunyi. Seolah tidak ingin ketahuan bahwa ia juga tertarik dengan proyek Sunny ini. Hari itu, setelah ketahuan oleh Nami, Jin Hee ikut serta dengannya menemui Seo Geum-Ok.


Seo Geum-Ok


Mendapat julukan si gadis stik. Saat pertama kali Nami diajak makan siang bersama dengan mereka. Nami mendapat jawabannya bahwa Geum-Ok memang senang mengeluarkan energi negatifnya. Saat kerumunan di kantin, dia akan mengusir siswa lainnya dengan membawa stik bisbol. Dari situlah, Nami tahu kalau Geum-Ok sosok anak yang baik juga pintar namun cenderung galak.

Di masa dewasa, saat Nami dan Jin Hee berkunjung ke alamat yang diberikan sang detektif. Mereka bertemu langsung dengan Geum-Ok. Dengan kondisi berbeda dari keduanya, dimana Nami dan Geum-Ok menjadi istri orang kaya. Sosok Geum-Ok masa kini, dia menjadi seorang wanita pendiam. Mengasuh anak dari kakak iparnya. Tinggal bersama dengan sang kakak ipar dan mertuanya di apartemen sempit.

Geum-Ok itu termasuk pandai. Tapi, di bagian ketika ia dewasa, tampak seperti keberuntungan tidak berpihak padanya. Nami melihat sebuah koran yang tengah ditandai oleh kawannya itu. Berisi lowongan pekerjaan. Melihat kondisi tersebut, kita bisa membandingkan betapa berbedanya masa remaja dan masa dewasa itu.

Sebelum pergi, baik Nami maupun Jin Hee sudah menawarkan padanya untuk bertemu dengan Choon-Hwa. Namun, dia tak bisa pergi dari rumah tersebut. Tapi, dia menitipkan sejumlah uang dari tabungannya sebagai permintaan maaf untuk Choon Hwa.


Ryoo Bok-Hee


Saat remaja ia berambisi untuk menjadi Putri Korea. Wajahnya yang memang manis serta perangainya yang feminim. Membuat Bok-Hee menjadi gadis yang manis dan juga periang. Dia juga baik hati pada Nami saat keduanya baru bertemu. Tak hanya itu, dia sangat membanggakan salon milik ibunya.

Siapa sangka, di masa dewasa justru Bok-Hee yang mengalami momen paling menyakitkan. Dia harus berpisah dari anaknya. Sementara itu, ia tak memiliki biaya untuk membayar kebebasannya. Ia terperangkap bersama wanita tua yang senantiasa memakinya karena tidak membawa pelanggan. Sampai-sampai ingatannya seperti terganggu. Ada guncangan dalam dirinya yang membuat Bok-Hee tampak berbeda.

Kejadian traumatis hingga tekanan dalam hidup membuat kondisinya lebih parah dari kawan lainnya. Apalagi, ketika dia menangis dan mengatakan bahwa ia sangat ingin sekali tinggal bersama anaknya merupakan momen paling mengharukan yang saya tonton. Dari pengalaman Bok-Hee inilah saya jadi merenung. Betapa hidup bisa berubah secara drastis dalam kehidupan seseorang.

Beruntunglah yang menemui Bok-Hee saat itu adalah Nami dan JangMi. Dimana sebelumnya, Jang Mi yang mengetahui perihal kehidupan Bok-Hee. Kemudian hendak mencegah Nami untuk tidak menemuinya karena tidak tega. Sungguh, ini bagian paling favorit dari film ini. Terutama pernyataan Nami, bahwa bagaimana pun kondisinya. Teman akan tetap menjadi teman dan tidak boleh dilupakan.


Sunny Saat Masa Sekolah


Nami mengalami banyak hal. Dari jatuh cinta pertama kali. Sampai patah hati juga pertama kali. Bukan hanya itu, di film ini cukup banyak mengandung adegan berantem. Yang paling identik adah Choon-Hwa. Gaya berantemnya sejak remaja hingga saat dewasa, masih sama. Ini terlihat saat mereka berempat memutukan untuk membantu Nami. Membalaskan dendamnya akibat sang anak dibully.

Cukup aneh, lucu namun miris juga. Karena, pertarungan anak sekolah dengan ibu-ibu ini menggelikan. Tapi juga tidak mendidik memang. Itulah kenapa film ini memang harus diadaptasi dan dikemas dengan cara yang Indonesia banget. Ah, saya jadi tak sabar menanti film Bebas.

Ketika di sekolah, banyak terlihat anak-anak ini memiliki kelompok masing-masing. Sama seperti Sunny, nama yang didapat dari penyiar radio. Ada juga beberapa anak yang memang tampak dendam dengan Nami. Karena, dia sudah bisa langsung dekat dengan Choon-Hwa dan teman-temannya. 

Selain itu, mereka juga sering bertengkar dengan geng lain. Saling beradu keahlian seperti adu caci maki. Suatu ketika, saat teman-temannya tak ada. Hampir saja Nami menjadi bahan perundungan oleh geng musuh bebuyutan mereka. Kemudian ditolong oleh seorang cowok bernama Joon-Ho.

Pada masa itu, anak-anak di kelasnya Nami memang tampak seperti anak bengal. Tapi, saat ada guru tiba, mereka langsung tunduk dan patuh. Tidak ada yang berani membantah. Tidak seperti anak-anak generasi milenial yang berani pada sosok guru. Tampak pula ketika sang guru memberi hukuman yang teramat parah pada mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang membalas saat sang guru marah besar.


Menoleh Sebentar Ke Masa 80-an


Tadi sudah saya singgung kalau Sunny ini membawa kita pada masa-masa kejayaan tahun 80-an. Ada banyak hal yang identik seperti lagu-lagu soundtracknya yang cukup lawas terdengar. Di saat itu, budaya barat memang tengah banyak masuk ke wilayah Asia. Kemudian, gaya berpakaian mereka, dimana cenderung santai tapi berwarna-warni. Kemudian, tatanan rambut yang berbeda meski belakangan sudah mulai marak kembali.

Selain itu, ada sesuatu yang saat itu sedang menjadi tren di Korea Selatan. Anak-anak menggunakan tas dengan tulisan Nike. Juga, sepatu yang berbeda. Saya langsung teringat pada masa-masa 90-an dimana zaman saya sekolah, semua sepatu harus sama yaitu Warior. Ketika melihat Nami merasa tidak pede mengenakan tas berbeda dari teman-temannya. Sangat wajar dan ciri khas remaja kebanyakan.

Kemudian, romansa yang sepertinya memang ciri khas tahun 80-an. Saat remaja yang menjadi stalker seperti Nami. Mengikuti cowok incarannya hingga bertemu di sebuah tempat musik. Sang pramusaji memberikan arahan pada Nami, dimana letak pintu belakang untuk keluar. Jika saat itu ada polisi datang. Entah, saya masih belum paham. Apakah waktu itu, anak sekolah dilarang untuk mampir ke kafe-kafe seperti itu.


Gwangju Uprising


Nah, di film ini juga direkam sebuah tragedi kemanusiaan yang menorehkan sejarah di Korea Selatan. Tragedi ini pada bagian flashback memang diikut-sertakan. Karena terjadi pada bulan May 1980. 

Kalau ada yang masih mengingat tragedi 1998, dimana adanya bentrok antara militer dan mahasiswa pada masa itu. Pada Gwangju Uprising ini pun sama. Saya jadi mengingat kembali sebuah buku yang ditulis oleh Han kang, penulis dari Korea Selatan. Yang menggambarkan betapa kelamnya pada masa itu. Genosida besar-besaran saat ribuan mayat ditumpuk menjadi satu. Mereka adalah para mahasiswa dan juga anak-anak sekolah. Yang ikut serta dalam pergerakan demokrasi di Korea Selatan.

Di tangan Han Kang, kisah gencatan senjata tersebut menjadi sangat teramat pilu. Melalui sudut pandang dari seorang anak yang tengah mencari kawannya. Kemudian berakhir melihat kawannya meninggal akibat rentetan peluru. Sampai, rasa sakit dan sedih seorang Ibu yang kehilangan anaknya. Semua dirangkum secara apik di bukunya berjudul Mata Malam yang mendapat penghargaan.

Sementara tragedi di Indonesia, juga sama jatuh di bulan May. Ketika rentetan peluru menembak beberapa mahasiswa. Hingga kemudian menjadi momen dimana banyak para aktivis yang hilang tanpa tahu dimana jejaknya. Yang paling dikenal adalah seniman Whij Thukul. Sampai kini, keberadaannya masih belum diketahui.

Jika ingin mengetahui melalui sudut pandang aktivis. Bisa berkenalan melalui karya Leila Chudori berjudul Laut Bercerita. Meski buku ini dirajut secara fiksi, namun bobot historynya mencangkup lebih banyak. Dikisahkan sejak awal pertama pergerakan mereka dimulai. Hingga, saran dari seseorang untuk mempelajari tragedi Gwangju Uprising ini. Sampai bagaimana mencekamnya saat para mahasiswa tersebut menjadi buronan. 

Meski jika ditelisik lebih lanjut, dari sudut pandang orang lain. Ada banyak hal yang tampak berbeda dari bukunya. Beberapa mahasiswa yang ikut serta dalam gerakan tersebut. Mengaku, kalau hal tersebut tidak seperti apa yang ada di buku Laut Bercerita. 

Pada tragedi Gwangju Uprising inilah saya akan menjawab tentang nasib kakaknya Nami. Dimana saat itu dia adalah seorang mahasiswa. Kemudian, dia menjadi bagian dari gerakan demorasi ini. Ikut serta berdemo. Ada beberapa bagian dalam film yang menampilkan para pelajar dan mahasiswa bergerak bersama membentuk kesatuan demi melawan pihak tentara. Di film ini, momen menegangkannya justru dikemas secara lucu hingga saya merasa tidak tahan untuk tidak tertawa.

Kemudian, kehadiran para tentara ini juga ada pada bagian ketika Nami diantar pulang oleh Joon-Ho. Kondisi saat itu memang sama seperti di Indonesia. Cukup menegangkan pada malam hari. Dimana-mana tentara berkumpul untuk berjaga-jaga. Dan, di bagian inilah, para tentara digambarkan sedikit ringan dengan adegan tengah menyoraki Joon-Ho.


Film Bebas Dan Memori Era 90-an


Nah, kalau di film adaptasi versi Indonesia ini, katanya akan mengangkat era tahun 90-an. Menurut Mira Lesmana, tahun 90-an adalah tahun yang paling banyak dikenang. Terutama karena merupakan tahun-tahun peralihan ke generasi milenium. Sehingga, banyak teknologi yang berkembang pada masa itu untuk pertama kalinya. 

Hal ini pula yang membuat Mira Lesmana memutuskan memberi judul film BEBAS. Seperti soundtrack lagunya yang dinyanyikan oleh Iwa.K. Dimana pada masa itu adalah masa kejayaan Iwa.K sebagai seorang rapper Indonesia.

Yang menjadikan saya penasaran adalah hal apa saja yang diangkat oleh mba Mira dan Mas Riri dari tahun 90-an ini. Akankah muncul kembali kaset yang harus diputar dengan pulpen saat kusut? Atau memunculkan sosok orang mendengarkan musik sambil didekatkan di telinga? Atau mungkin saja memunculkan kembali sepatu wajib bagi anak-anak sekolah, sepatu Warior?

Sampai saat ini, saya hanya bisa menerka-nerka. Karena, Sunny masih agak lama tayangnya. Mungkin, saya harus bersabar.


Apa Yang Tidak Saya Ceritakan


Banyak. Banyak sekali hal yang saya tidak ceritakan di sini. Karena, film Sunny sendiri memang menarik. Sehingga, saya hanya mengambil beberapa bagian untuk dibahas. Yang tidak saya ceritakan.


  1. Karakter gadis lain yang cantik dan pintar. Dimana gadis ini sempat membuat Nami patah hati.
  2. Apa yang terjadi saat Nami salah membawa tas sekolah. Kemudian bertemu dengan musuh bebuyutan mereka. Di bagian ini, ada hal lucu dan menarik.
  3. Bagaimana progres Nami demi mewujudkan keinginan Choon-Hwa.
  4. Seperti apa keluarga Nami. Di bagian flashback keluarganya, saya suka sekali dengan karakter bapaknya Nami. Kemudian, ada bagian dimana ditampakkan kemiripan antara Nami dengan anaknya.
  5. Banyak. Banyak sekali. Salah satunya saat Nami dan teman-temannya jalan-jalan. Kemudian berakhir menjadi hari patah hati nasional.

Penutup


Karena, saya hanya membahas sedikit. Memang ada baiknya Anda menonton sendiri. Apalagi jika cukup penasaran dengan film Bebas. Oiya, sebelum nonton. Perlu diingat kalau film Bebas ini versi adaptasi. Jadi, jangan dibayangkan akan sama plek ketimplek dengan film Sunny. Karena, Mba Mira sendiri mengatakan ada beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Menonton film Sunny membuat saya berpikir. Betul juga ya, ketika menuju dewasa dan punya kegiatan rutin. Terkadang, orang mulai lupa caranya bermimpi. Lupa caranya memiliki sesuatu yang ingin dilakukan karena terlalu sibuk dengan kegiatan yang itu-itu saja. Ini disampaikan oleh Choon-Hwa pada Nami yang merasa terlalu tua untuk bermimpi.

Selain itu, kehidupan para teman-temannya, yang berbeda dari kehidupan mereka di waktu lalu. Membuat saya melihat kemiripan dengan apa yang terjadi pada hidup kita. Tentu dari kita pernah bertemu teman sewaktu sekolah yang dahulunya cukup sering dilabeli anak nakal, kemudian saat bertemu menjadi guru ngaji atau imam di mesjid. Itu hanya salah satu contoh. 

Banyak sekali hal yang cukup dekat dengan realitas yang ada. Sehingga, kala menonton film Sunny saya tak bosan-bosan tertawa dan merasa haru dengan apa yang disajikan di film. Tentunya, peran penting para pemerannya memegang erat. Juga kelihaian sang sutradara pun jangan dianggap remeh. 


Overall, saya suka sekali dengan film ini. 


Nah, kalau Anda punya sisa dua bulan untuk menjalani kehidupan. Apa yang ingin Anda lakukan? Kalau saya, sepertinya akan sama seperti Choon-Hwa. Ingin bertemu dengan kawan-kawan saya semasa sekolah. 


Sunny movie

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *